Perspektif Biologis dalam Psikologi

Halo teman-teman semua, kenalin nama aku Najla Calista Noer dengan NIM 2210323054 dari program studi Psikologi Universitas Andalas angkatan 2022. Jadi, di blog ini aku bakalan sering nih sharing apa aja yang aku pelajari di setiap pertemuan mata kuliah Psikologi Umum II dengan dosen-dosen yang keren-keren banget nih teman-teman.

Nah kali ini aku bakalan share apa aja yang aku pelajari di pertemuan kedua mata kuliah Psikologi Umum II yang diajarin sama ibu Mafaza, S.Psi., M.Sc yang membahas tentang “Perspektif Biologis dalam Psikologi” nih teman-teman.

Perspektif biologis merupakan salah satu perspektif dalam psikologi yang berfokus pada bagaimana peristiwa yang berlangsung di dalam tubuh manusia, bagaimana neurotransmitter dan parameter biologis lainnya mempengaruhi perilaku, perasaan, serta pikiran seseorang. Selain itu, perspektif biologis juga membantu psikolog memahami hubungan antara otak, pemancar saraf,dan perilaku. Perspektif biologis menganalisis faktor biologis yang dapat mengarah pada perilaku agresif, tidur, emosi, perilaku seksual, pembelajaran dan memori, serta melibatkan faktor genetik yang mungkin dapat menjadi media utama dalam menunjukkan perilaku agresif manusia. Dalam tubuh manusia terdapat bagian- bagian organ yang berperan penting dalam proses pembentukan perilaku serta pikiran manusia. Beberapa organ tersebut, seperti otak, saraf, dan sumsum tulang belekang, berperan dalam proses aktivitas tubuh dan proses refleks tubuh. Selain itu, organ-organ tersebut akan membantu dalam proses aktivitas tubuh, sehingga nantinya dihasilkan perilaku serta pikiran manusia yang berasal dari proses pengelolaan informasi yang diterima dari lingkungan dan bagian tubuh lainnya.

Neurons and Nerves

Sistem saraf adalah salah satu sistem organ yang berfungsi sebagai penghantar impuls listrik yang terbentuk karena adanya suatu stimulus (rangsangan). Secara anatomi, sistem saraf dibagi menjadi dua; sistem saraf pusat—SSP (central nervous system—CNS) dan sistem saraf tepi—SST (peripheral nervous system— PNS). Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi mencakup semua saraf yang bercabang dari otak dan sumsum tulang belakang yang meluas ke bagian tubuh lainnya termasuk otot dan organ. Setiap bagian dari sistem saraf memainkan peran penting dalam bagaimana informasi dikomunikasikan ke seluruh tubuh. Menurut fungsinya, sistem saraf terbagi menjadi 2 divisi, yaitu divisi aferen dan divisi eferen.

Alur informasi pada sistem saraf dapat dibagi menjadi tiga tahapan. Suatu stimulus eksternal atau internal mengenai organ sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent), kemudian terjadi proses pengolahan yang kompleks pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi respons motoric terhadap stimulus (Bahrudin, 2013).

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) serta secara fisiologi yakni saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).


https://www.google.com/urlsa=i&url=https%3A%2F%2Fbrainly.co.id%2Ftugas%2F17468219&psig=AOvVaw23AAL44dDvLK94WQ8dAWvT&ust=1677032175024000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCNDu0-vFpf0CFQAAAAAdAAAAABAT

Sel saraf terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel saraf (neuron) yang merupakan unit fungsional terkecil dari sistem saraf dan sel glia yang mendukung kerja neuron. Neuron berfungsi mengirim dan menerima impuls satu lokasi ke lokasi lain di dalam otak. Jutaan neuron dalam sistem saraf saling terhubung dan sangat penting untuk perkembangan bahasa, pikiran, dan ingatan manusia.

1.     Neuron (Sel Saraf)

Neuron merupakan sel khusus dalam sistem saraf yang menerima dan mengirimkan pesan ke dalam sistem saraf. Neuron disebut juga satuan fungsional dan anatomis yang berperan pada penghantaran informasi dalam bentuk rangsangan, pencetus aktivitas sel tertentu, pelepas neurotransmitter serta molekul-molekul penyampai informasi lainnya serta menjalankan fungsi sistem saraf seperti mengingat, berpikir, dan mengontrol semua aktivitas tubuh individu. Kumpulan akson berlapis myelin berjalan bersama sebagai "kabel" di sistem saraf pusat yang disebut traktat, dan dalam bundel sistem saraf tepi akson disebut saraf. Neuron dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

a)  Badan sel/Perikarion (Cell Body), merupakan bagian dari neuron yang mengandung nukleus (inti sel) dan dapat diibaratkan sebagai mesin yang bertanggung jawab atas kehidupan sel yang berperan dalam sintesis protein, badan sel pada neuron terdiri atas nukleus yang merupakan inti dari soma sel dan mengandung kromosom yang berfungsi untuk meramu/membuat protein tertentu, dimana sebuah kromosom terdiri dari rantai DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Bagian pada kromosom disebut gen yang berbeda beda pada setiap individu dan mengandung protein. Kemudian pada badan sel juga terdapat sitoplasma atau cairan bening (seperti jelly) yang terdiri atas beberapa oragan yaitu mitochondria, badan golgi, dan REK, ribosom yang berperan dalam sintesis protein, selanjutnya neuro fibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus dan ada juga membrane sel yang terdapat dalam badan sel yang berfungsi menyelubungi neuron, terdiri dari dua lapis molekul lemak (lipid), mebran semipermeable (bisa mnyeleksi substansi yang bisa keluar masuk).

b)    Dendrit, merupakan perpanjangan dari sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, yang berfungsi menghantarkan impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit uang dikhususkan untuk menghubungkan dengan neuron lain. Neurofibril dan badan nissl memanjang ke dalam dendrit.

c)     Akson (serat saraf), berfungsi untuk mengirimkan pesan dari tubuh sel ke neuron lain atau ke otot dan sel kelenjar. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan schwan. Akson besar memiliki lapisan dalam yang disebut dengan myelin, suatu komplek lipoprotein yang diibentuk membrane plasma sel-sel schwan. Pada saraf perifer sel-sel schwan memyelinisasi akson dengan cara melingkarinya berbentuk gulungan jelly. Myelin berfungsi sebagai isolator listrik dan mempercepat hantaran impuls saraf. Pada akson juga terdapat bagian berbentuk kerucut pada pertemuan akson dan soma sel yang disebut akson hillock. Bagian akson yang tidak diselubungi myelin dan tertanam pada sitoplasma sel schwan disebut dengan Nodes of Ranvier. Pada akson juga terdapat terminal buttons yang berfungsi melepaskan neurotransmitter (dengan substansi transmitter yang berupa substansi kimiawi ke sinapsis). Synapses adalah bagian yang menyambungkan terminal button (sebagai sensor) dari sel pengirim ke bagian soma atau membrane dendrit sel penerima.

d)  Terminal akson, berfungsi untuk komunikasi antar sel.



Klasifikasi Neuron berdasarkan prosesnya (melibatkan jumlah soma), yaitu :

a)    Unipolar (Pseudounipolar)

Proses pada soma sel dilakukan oleh satu dendrit dan satu akson yang pangkalnya bersatu sehingga membentuk satu satu lanjutan yang ujungnya bercabang dua. Pada saraf perifer Unipolar bisa sangat panjang dan mencapai satu meter contohnya adalah saraf saraf sensorik propiosepsi (posisi tubuh).

b)    Bipolar

Proses pada soma sel melibatkan satu dendrit dan satu akson yang berproses pada kedua ujung soma sel. Contohnya adalah saraf sensorik yang membwa informasi penglihatan dari retina ke sel ganglion, telinga sebelah dalam membentuk saraf nomor VIII di koklea dan vestibular. Saraf penciuman juga bipolar, berangkat dari lubang hidung (nasal cavity) menuju ke saraf kranial nomor I.

c)     Multipolar

Proses pada soma sel yang melibatkan satu akson dan banyak dendrit. Contohnya adalah saraf dari otak sebalah atas turun ke tulang belakang dan kemudian menyebar ke seluruh otot.

d)    Multipolar Interneuron

Soma sel pada interneuron yang prosesnya melibatkan banyak dendrit. Neuron berdasarkan fungsinya yaitu neuron sensorik (aferen) yang berfungsi sebagai menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internak ke SSP. Hampir semua saraf sensorik unipolar, hanya sebagian kecil yang bipolar. Kemudian neuron motoric yang berfungsi menyampaikan impuls dari SSP ke efektor. Biasanya berbentuk multipolar, membawa impuls keluar dari otak menuju tulang belakang, selanjutnya ke efektor atau target. Sebagian besar untuk mengirim pesan agar terjadi kontraksi oto atau sekresi kelenjar.

 

2.     Neuroglia/Sel Glia (Sel Penunjang)

Sel glia (atau bisa juga disebut sel glial atau neuroglia) adalah partner kerja neuron yang melayani berbagai fungsi seperti mempertahankan keadaan homeostatis dan keadaan seimbang neuron (White & Ciccareli, 2017). Meskipun neuroglia tidak turut serta dalam menghantarkan impuls saraf, neuroglia memiliki fungsi yang cukup penting, diantaranya mengisi antarruang sistem saraf, mendukung kerja neuron, membentuk kerangka struktur, membentuk selubung myelin, dan melangsungkan proses fagosit.




Macam-macam sel glia yaitu :

a)    Astrocyte/Astroglia, merupakan jenis sel glia yang banyak di dalam CNS dan berbentuk seperti bintang. Fungsi dari Astrocyte/Astroglia yaitu memberikan dukungan secara fisik terhadap neuron (memperkuat retakan glia pada neuron), membersihkan substansi-substansi yang tidak berguna di dalam otak, mengatur pencairan substansi kimia di sekeliling neuron, melindungi sinapse untuk meminimalkan penyebaran pengaruh subtansi transmitter yang dilepaskan oleh terminal buttons, melindungi komunikasi antara neuron yang satu dengan yang lain agar tetap bersifat privat (tidak tercampur aduk).

b)    Oligodendroglia, fungsi utama oligodendroglia yaitu Mendukung axon dan memproduksi serat-serat myelin yang melindungi axon yang satu dari axon yang lain (beberapa axon tidak dilindungi oleh myelin dan beberapa axon yang lain hanya dilindungi oleh lapisan myelin yang tipis). Kemudian fungsi pendukungnya yaitu membentuk beberapa segmen sekaligus dengan melilit axon dengan beberapakali lilitan myelin sehingga membentuk gelondong.

c)     Mikroglia, berfungsi sebagai fagosit untuk sel saraf yang rusak.

d)    Ephendimal, berfungsi sebagai fagosit untuk sel saraf yang rusak.

e)   Sel Schwann menghasilkan myelin untuk melindungi dan mempercepat impuls sarafMyelin dari sel Schwann memiliki fitur unik yang dapat berfungsi sebagai terowongan di mana serabut saraf yang rusak dapat terhubung kembali dan memperbaiki dirinya sendiri. 


Impuls Neural : Potensial Aksi

Potensial listrik terjadi karena ada perbedaan muatan yaitu, didalam sel banyak terdapat ion ca negative dan di luar sel banyak terdapat ion Na positif dan Cl negative. Ketika sel dalam kadaan Potensial Istirahat (keadaan neuron ketika tidak menembakkan impuls saraf), ion Na di luar sel tidak dapat masuk kecuali menerima rangsangan yang kuat dari sel lain (di dendrit atau soma) sehingga ion Na masuk ke dalam sel yang membuat ion di dalam sel semakin positif dan pada bagian luar banyak ion negative. Pembalikan muatan listrik ini dikenal sebagai Potensial Aksi karena potensial listrik sekarang beraksi. Ketika saluran ion ditutup maka muatan Kembali seperti semula.

 

Neurotransmisi

·       Menyampaikan pesan ke sel lain: SINAPSIS




Di dalam terminal akson terdapat sejumlah kecil yang disebut dengan Vesikel Sinaptik yang di dalamnya terdapat bahan kimia yang tersuspensi dalam cairan, yang merupakan molekul zat yang disebut neurotransmiter.

 Sinapsis (celah sinaptik) ruang berisi cairan mikroskopis antara terminal akson dari satu sel dan dendrit atau soma dari sel berikutnya. Permukaan dendrit di sebelah akson (membran postsinaptik) berisi saluran ion yang memiliki Situs Reseptor: protein tiga dimensi pada permukaan dendrit atau sel tertentu dari otot dan kelenjar, yang dibentuk agar sesuai dengan neurotransmiter tertentu saja.

Cara neurotransmitter melewati celah: Potensi aksi yang berjalan menuruni akson setelah neuron distimulasi. Ketika potensial aksi, atau muatan listrik, mencapai vesikel sinaptik, vesikel sinaptik melepaskan neurotransmiternya ke celah sinaptik. Molekul kemudian melayang melintasi sinaps, dan banyak dari mereka masuk ke dalam situs reseptor, membuka saluran ion dan membiarkan natrium masuk, mengaktifkan sel berikutnya. Aktivasi inilah yang merangsang, atau melepaskan, potensial aksi di dalam sel itu. Penting untuk dipahami bahwa "sel berikutnya" bisa berupa neuron, tetapi bisa juga berupa sel pada otot atau kelenjar. Otot dan kelenjar memiliki sel khusus dengan situs reseptor di atasnya, seperti di dendrit atau soma neuron.

Neurotransmitter yang ditemukan di berbagai sinapsis di sekitar sistem saraf dapat mengaktifkan sel (Excitatory Synapses/Sinapsis Rangsang) atau mematikan sel (Inhibitory Synapses/Sinapsis Penghambat), tergantung pada sinapsis apa yang sedang dipengaruhi. Dengan kata lain, bukan neurotransmitter itu sendiri yang merangsang atau menghambat, melainkan efek dari neurotransmitter itu yang merangsang atau menghambat di situs reseptor sinapsis tertentu.


·       Menyampaikan Pesan ke Jaringan

Neurotransmitter pertama sel penerima untuk menembak. diidentifikasi diberi nama asetilkolin(Ach). Asetilkolin merangsang otot rangka untuk berkontraksi tetapi sebenarnya memperlambat kontraksi pada otot jantung. Molekul Curare cukup mirip untuk masuk ke dalam situs reseptor tanpa benar-benar merangsang sel, membuat curare Antagonis (zat kimia yang menghalangi atau mengurangi efek neurotransmitter) untuk Ach, maka asetilkolin tidak dapat mencapai situs tersebut dan otot tidak akan mampu berkontraksi —lumpuh.

Jika neuron melepaskan terlalu banyak Ach, maka menyebabkan Agonis (zat kimia yang meniru atau meningkatkan efek neurotransmitter) untuk Ach dan rendahnya ACh telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer, jenis yang paling umum dari demensia.

Dopamin(DA), jika terlalu sedikit DA dilepaskan di area tertentu di otak, hasilnya adalah penyakit Parkinson. Jika terlalu banyak hasilnya adalah sekumpulan gejala yang mungkin merupakan bagian dari skizofrenia.

Serotonin (5-HT) adalah neurotransmitter yang berasal dari bagian bawah otak yang dapat memiliki efek rangsang atau penghambatan, tergantung pada sinapsis tertentu yang terpengaruh. Ini terkait dengan tidur, suasana hati, kecemasan, dan nafsu makan. Misalnya, aktivitas 5-HT tingkat rendah telah dikaitkan dengan depresi. 

Neurotransmitter yang merangsang utama sistem saraf adalah glutamate. Kelebihan glutamat menyebabkan overaktivasi dan kerusakan saraf dan mungkin terkait dengan kematian sel yang terjadi setelah stroke atau cedera kepala atau penyakit degeneratif seperti penyakit Alzheimer dan penyakit Huntington. 

Asam gamma-aminobutirat atau GABA. GABA dapat membantu menenangkan kecemasan, misalnya dengan mengikat ke situs reseptor yang sama yang dipengaruhi oleh obat penenang dan alcohol. 

Endorfin adalah salah satu alasan mengapa heroin dan obat-obatan lain yang berasal dari opium sangat membuat ketagihan ketika orang menggunakan morfin atau heroin, tubuh mereka lalai memproduksi endorfin. Ketika obat habis, mereka tidak memiliki perlindungan sama sekali terhadap rasa sakit, dansemuanya sakit. Rasa sakit ini adalah salah satu alasan kebanyakan orang menginginkan lebih banyak heroin, menciptakan siklus penyalahgunaan yang membuat ketagihan. 

Neurotransmitter dan Fungsinya: 

1.     Asetilkolin (ACh): Rangsangan atau penghambatan; terlibat dalam gairah, perhatian, memori, dan kontrol kontraksi otot

2.     Norepinefrin (NE): Terutama menggairahkan; terlibat dalam gairah dan suasana hati

3.     Dopamin (DA): Rangsangan atau penghambatan; terlibat dalam kontrol gerakan dan sensasi kesenangan

4.     Serotonin (5-HT): Rangsangan atau penghambatan; terlibat dalam tidur, suasana hati, kecemasan, dan nafsu makan

5.   Asam gamma-aminobutirat (GABA): Neurotransmitter penghambat utama; terlibat dalam tidur dan menghambat gerakan

6. Glutamat: Neurotransmiter rangsang utama; terlibat dalam pembelajaran, pembentukan memori, pengembangan sistem saraf, dan plastisitas sinaptik

7.     Endorfin: Regulator saraf penghambat; terlibat dalam menghilangkan rasa sakit

 

·       Membersikan Sinapsis: REUPTAKE Dan ENZIM


reuptake


Neurotransmiter dapat keluar dari reseptor sebelum rangsangan berikutnya terjadi. Beberapa hanya hanyut melalui proses difusi, tetapi sebagian besar akan berakhir kembali di neuron presinaptik untuk di Reuptake yaitu proses dimana neurotransmiter dibawa kembali ke vesikel sinaptik. Dengan begitu, sinaps dibersihkan untuk pelepasan neurotransmiter berikutnya. Beberapa obat, seperti kokain, memengaruhi sistem saraf dengan menghalangi proses reuptake. 

Namun, ada satu neurotransmitter yang tidak dibawa kembali ke dalam vesikel. Karena ACh bertanggung jawab atas aktivitas otot, dan aktivitas otot perlu terjadi dengan cepat dan terus terjadi, tidak mungkin menunggu proses "menyedot" terjadi. Sebaliknya, sebuah enzim* yang dirancang khusus untuk memecah ACh membersihkan celah sinaptik dengan sangat cepat (suatu proses yang disebut degradasi enzimatik: proses dimana struktur neurotransmitter diubah sehingga tidak dapat lagi bekerja pada reseptor). 

Molekul kimia dari berbagai obat, jika bentuknya cukup mirip dengan neurotransmiter, dapat masuk ke dalam situs reseptor pada neuron penerima seperti halnya neurotransmiter, obat dapat bertindak sebagai agonis atau antagonis. Obat yang bertindak sebagai agonis, misalnya, dapat meniru atau meningkatkan efek neurotransmiter pada tempat reseptor sel berikutnya. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan aktivitas sel penerima, tergantung pada efek neurotransmitter asli (rangsangan atau penghambatan) yang akan terjadi. Jadi jika neurotransmitter asli adalah rangsang, efek agonis akan meningkatkan rangsangan. Jika itu menghambat, efek agonis akan meningkatkan penghambatan. Faktor penentu lainnya adalah lokasi sistem saraf dari neuron yang menggunakan neurotransmitter tertentu. 

Obat yang bertindak sebagai antagonis, memblokir atau mengurangi respons sel terhadap aksi bahan kimia atau neurotransmitter. Namun jika neurotransmitter yang dipengaruhi antagonis adalah penghambatan itu sendiri, hasilnya sebenarnya yaitu increase (peningkatan) dalam aktivitas sel yang biasanya dihambat; antagonis blok efek penghambatan. 

Beberapa obat menghasilkan efek agonis atau antagonis dengan memengaruhi jumlah neurotransmitter di sinaps, dengan mengganggu proses reuptake reguler atau degradasi enzimatik. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati depresi disebut SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors). SSRI memblokir pengambilan kembali serotonin, meninggalkan lebih banyak serotonin yang tersedia di sinaps untuk berikatan dengan situs reseptor.

 

The Central Nervous System

Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian dari sistem saraf pada manusia berperan sebagai pusat integrasi serta pemegang kontrol seluruh aktivitas tubuh. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dansumsum tulang belakang. Kedua organ tersebut memegang peran penting dalam proses aktivitas tubuh.

1.     Otak, merupakan bagian inti dari sistem saraf yang menerjemahkan informasi yang diterima oleh indra, membuat keputusan, dan mengirimkan perintah ke otot dan bagian tubuh lainnya jika diperlukan. Otak dilapisi oleh sebuah selaput yang disebut dengan selaput meninges. Selaput ini selaput ini memiliki tiga lapisan, yakni lapisan durameter, lapisan anakroid, dan lapisan piameter. Otak menjalankan interaksi yang kita lakukan. otak merupakan organ yang paling rumit. otak terdiri atas miliaran sel saraf yang bisa menarik informasi secara bersama- sama dalam waktu yang bersamaan.

2.     Sumsum tulang belakang, adalah ikatan panjang dari saraf yang menjalankan dua fungsi vital untuk sistem saraf. sumsum tulang belakang ini sendiri menghubungkan otak dengan bagian yang lainnya. jika kita memutus “kabel” bagian ini, kita akan melihat bagian seperti kolom yang berwarna putih (ikatan akson yang ditutupi oleh serabut myelin). Sumsum tulang belakang terbentuk dari 33 tulang kecil yang terbagi atas: cakram tulang kecil, tulang belakang leher, tulang punggung tengah (torakal), tulang punggung bawah (lumbar), sacrum, dan tulang ekor.

Kerusakan pada sistem saraf pusat pada awalnya dinilai sebagai kerusakan yang permanen. Namun, pada saat ini, para ilmuwan menemukan bahwasanya sistem saraf pusat itu dapat memperbaiki diri sendiri, dapat dilihat dari otak yang menunjukkan adanya kemampuan neuroplastisitas, memiliki arti sebagaimana yang disebutkan oleh Neville & Bavelier; Rossini et al.; dan Sanders et al. (dalam Ciccarelli & White, 2017), otak dapat mengubah struktur dan fungsi dari sel-selnya sebagai hasil dari respon terhadap suatu kejadian atau trauma. Selain itu, otak juga bisa mengalami neurogenesis, yang artinya otak mampu untuk membentuk sel saraf baru, dan waktu paling produktifnya itu ketika sebelum masa kelahiran, atau dalam masa di kandungan. Banyak beberapa pendapat dari para ilmuwan yang menyatakan bahwa pada manusia tidak bisa lagi menghasilkan sel saraf otak yang baru (Bergmann et al. dalam dalam Ciccarelli & White, 2017). Dan ada juga yang menyebutkan masih bisa, namun semakin berkurang seiring bertambahnya usia (Spalding et al. dalam Ciccarelli & White, 2017). Dan ada juga penelitian baru-baru ini yang menyatakan bahwa otak bisa mengalami neurogenesis pada usia dewasa yaitu terjadi pada bagian striatum, yaitu bagian pada otak yang berperan dalam kontrol motorik, voluntary movement, dan fungsi lainnya pada bagian tersebut (Ernst et al.; Ernst & Frisen dalam Ciccarelli & White, 2017).

 

The Peripheral Nervous System

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini memungkinkan otak dan sumsum tulang belakang berkomunikasi dengan sistem sensorik seperti mata, telinga, kulit, dan mulut yang mengakibatkan otak dan sumsum tulang belakang dapat mengontrol otot dan kelenjar tubuh.

1.     The Somatic Nervous System, sistem saraf somatic terdiri dari 2 jalur, yaitu jalur sensorik dan jalur motoric. Jalur sensorik merupakan jalur saraf yang terdiri dari saraf-saraf yang membawa pesan atau stimulus dari indra ke sistem saraf pusat. Sedangkan jalur motoric merupakan jalur yang membawa pesan dari sistem saraf pusat ke otot tubuh yang digunakan orang untuk menggerakkan tubuh mereka secara sadar. Contoh gerakan yang menggunakan sistem saraf somatic adalah berjalan, mengangkat tangan, menendang bola, dan mencuci pakaian. Semua gerakan yang dilakukan secara sadar merupakan hasil kerja dari sistem saraf somatic.

2.     The Autonomic Nervous System, sistem saraf otonom bekerja tidak sadar atau bisa disebut dengan bekerja secara otomatis. Sistem saraf otonom mengontrol semua indera dan otot yang bekerja secara tidak sadar di dalam tubuh seperti organ, kelenjar, dan otot tak sadar. Contoh otot yang bekerja secara tak sadar adalah otot-otot yang bekerja pada jantung, perut, usus, pancreas, dan kelenjar adrenal. Otot-otot tak sadar ini dikendalikan langsung oleh kumpulan saraf yang berada di sekitar tulang belakang.

Sistem saraf otonom ini dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu :

 The sympathetic division

Sistem ini terletak di tengah tulang belakang, di atas tulang rusuk ke daerah pinggang. Sesuai dengan namanya the sympathetic division mengatur sistem saraf dan otot-otot secara tak sadar berdasarkan simpati dengan emosi seseorang. contohnya adalah ketika sedang ketakutan pupil mata akan membesar, jantung memompa lebih cepat, bernafas menjadi lebih cepat, dan kulit menjadi pucat.

 The Parasympathetic Division

Sesuai dengan namanya “para” yang berarti “diantara”, sistem saraf divisi ini terletak di bagian atas dan bawah tulang belakang, di kedua sisi neuron divisi simpatik. Tugas dari divisi ini adalah mengembalikan tubuh ke fungsi normal. Setelah situasi stress berakhir (rasa takut, dsb) divisi ini akan memperlambat jantung dan pernapasan, menyempitkan pupil, dan mengaktifkan kembali pencernaan dan ekskresi hingga semuanya kembali ke keadaan normal.

Divisi parasimpatik juga bertanggung jawab dalam sebagian besar fungsi tubuh sehari-hari, seperti jalur yang membawa pesan dari sistem saraf pusat ke otot tubuh yang digunakan orang untuk menggerakkan tubuh mereka secara sadar. Contoh gerakan yang menggunakan sistem saraf somatic adalah berjalan, mengangkat tangan, menendang bola, dan mencuci pakaian. Semua gerakan yang dilakukan secara sadar merupakan hasil kerja dari sistem saraf somatik.

 

Struktur dan Bagian Otak




Otak merupakan organ yang yang menerima impuls dari saraf sensorik yang berada di setiap indera kita kemudian mengolah impuls tersebut dengan membentuk hubungan sinapsis yang baru antar neuron yang ada di otak sehingga nantinya dapat dihasilkan pengetahuan yang baru yang dapat menentukan sikap, sifat dan perilaku suatu makhluk hidup terutama manusia. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sikap, perilaku, dan sifat seseorang merupakan perwujudan nyata dari hubungan-hubungan antar neuron di otak (Feldman, 2010). Otak dapat dibagi menjadi tiga bagian utama pada awal perkembangannya yang nantinya akan terbagi lagi menjadi beberapa bagian kecil. Tiga bagian utama yang menyusun otak adalah :

1.  Otak Belakang (Hindbrain), adalah otak yang paling bawah dan terletak pada tengkorak di bagian belakang. Otak belakang memiliki bagian utama, yaitu :

a)    Medula (Medulla)

Medula adalah bagian otak yang membantu dalam sistem pernapasan. Medula juga berfungsi untuk mempertahankan detak jantung dan menelan. Sarafsensoris yang ada pada medula bersilangan ini artinya informasi dari saraf sensoris di arah kanan menuju ke kiri,dan sebaliknya. Medula terbentuk saat tulang belakang masuk ke tengkorak. 

b)    Pons

Pons adalah bagian yang telibat dalam tidur, mimpi, dan gairah. Pons berfungsi dalam melakukan koordinasi gerakan sisi kanan dan kiri tubuh. Pons juga merupakan bagian jembatan yang ada pada otak belakang. Pada bagian pons dan medula dilalui jaringan neuron yang bertanggung jawab dalam kemampuan memperhatikan informasi tertentu di lingkungan. Jaringan ini disebut Reticular Formation (RF). Jaringan ini juga berpengaruh dalam membuat waspada dan terangsang.

c)     Serebelum (Cerebellum)

Serebelum berbentuk memanjang di otak belakang yang berada di atas medula dan memiliki 2 struktur melingkar. Dalam koordinasi motorik serebelum memiliki fungsi penting. Serebelum ini memiliki fungsi untuk mengontrol gerakan motorik yang halus. Apabila terdapat kerusakan pada serebelum, hal tersebut dapat membuat koordinasi gerakan rusak yang membuat pergerakan menjadi patah-patah dan tidak terkoordinasi.


2.    Otak Tengah (Midbrain), terdapat di antara otak depan dan otak belakang, memiliki fungsi utama sebagai tempat naik turunnya impuls yang berisi informasi dari bagian otak yang lebih tinggi dan bagian otak yang lebih rendah karena di dalamnya terdapat banyak sistem serat saraf yang naik turun yang saling bertaut untuk berintegrasi dengan ke dua bagian otak yang telah di sebutkan sebelumnya, tujuan utamanya adalah agar didapatkan persepsi yang benar dari suatu informasi yang telah didapatkan (Prescott & Humpries, dalam King, 2007).

Struktur otak tengah terdiri atas permukaannya yang disebut tektum dengan kedua sisinya memiliki dua tonjolan yang disebut dengan kolikulus superior dan inferior, kemudian di bawah lapisan tektum terdapat tegmentum, berasal dari bahasa latin yang berarti “penutup” (Laura 2010). Salah satu bagian yang terdapat pada otak tengah, yaitu reticular formation, merupakan salah satu sistem yang penting dalam kesadaran seseorang. RF ini berfungsi untuk membuat seseorang mengabaikan informasi yang konstan dan tidak berubah dan akan langsung menjadi waspada terhadap informasi yang berubah secara tiba-tiba. Selain itu salah satu bagian RF yang disebut reticular activating system (RAS) yang berfungsi untuk merangsang otak bagian atas sehingga membuat seseorang tetap terjaga dan waspada (Cicarelli & White, 2015). 23 Batang otak (brain stem) juga merupakan bagian dari otak tengah yang berbentuk seperti batang yang terhubung langsung dengan sumsum tulang belakang pada bagian ujung bawahnya. Pada bagian otak tengah, batang otak membentang dari sumsum tulang belakang membungkus RF. Fungsi utama dari batang otak adalah terlibat dalam proses pernafasan, detak jantung, dan juga tekanan darah (Rollenhagen & Lubke, dalam King, 2010).

 

3.  Otak Depan (Forebrain), merupakan bagian otak manusia yang memiliki tingkat kekompleksan yang tertinggi dari otak bagian lainnya, terbagi menjadi dua belahan yang dihubungkan oleh corpus collosum yaitu otak bagian kanan dan kiri.

a)    Korteks cerebrum

Bagian terluar dari otak disebut sebagai korteks, berupa lapisan tipis yang tersusun padat, badan-badan sel di korteks yang tidak bermielin membentuk suatu substansi yang disebut sebagai gray matter sedangkan pada bagian dalam cerebrum terdapat bagian yang bermielin yang menutupi akson yang biasa disebut sebagai white matter. Korteks memiliki fungsi yang unik yang disebut sebagai (contralateral organization) dimana hemisphere akan mengatur dan menerima informasi untuk hemisphere kiri, dapat terjadi secara bilateral (seperti pada telinga dan mata) atau hanya kepada satu sisi bagian saja atau biasa disebut sebagai ipsilateral (seperti pengecapan dan penghidu). Korteks dibagi menjadi 2 bagian yang disebut cerebral hemisphere yang di hubungkan oleh corpus collosum.

Corpus collosum memungkinkan bagi hemisphere kiri dan kanan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Setiap hemisphere juga terbagi menjadi empat bagian atau biasa disebut 18 lobus dengan melihat kedalaman dari pola yang terdapat di permukaan korteks. Lobus pada cerebrum cortex ialah sebagai berikut.

 Lobus frontal

Terletak di belakang dahi atau bagian depan otak. Lobus ini terlibat dalam pengendalian otot-otot secara sadar, kecerdasan, kepribadian, perencanaan, dan pengambilan keputusan. Bagian depan lobus frontal disebut korteks prefrontal, area tengah disebut korteks prefrontal medial dan permukaan bawah diatas mata disebut korteks prefrontal orbitofrontal (tepat di atas orbit mata), lobus ini juga memiliki korteks motoric.

 Lobus parietal

Terletak bagian atas dan menghadap ke bagian belakang kepala, di depan lobus pariental terdapat korteks somatosensorik (bagian pengindraan tubuh), yang berfungsi untuk memproses informasi dari reseptor kulit dan tubuh internal terkait suhu, sentuhan, posisi tubuh pergerakan tubuh.

 Lobus temporal

Terletak tepat di belakang kulit kepala. Lobus ini terdiri dari korteks auditori primer dan area asosiasi auditori. Selain itu lobus ini juga terdapat beberapa fungsi lainnya seperti pengolahan bahasa dan juga ingatan.

 Lobus occipital

Terletak di arah belakang otak. Area ini memiliki fungsi utama untuk memproses informasi visual dari mata di bagian korteks visual. Selain itu juga terdapat bagian korteks asosiasi visual yang berfungsi sebagai pemerosesan tingkat lanjut impuls dari korteks visual primer. Selain mengidentifikasi informasi visual seperti warna dan bentuk, lobus ini juga berfungsi sebagai pendeteksi gerakan yang nantinya dapat diteruskan ke canalis semisikularis.

 

b)    Basal Ganglia

Posisinya terletak di atas thalamus dan di bawah korteks cerebrum, terdiri atas tiga struktur: nucleus kaudat, putamen, dan globus palidus. Basal ganglia banyak ditemukan pada bagian korteks frontal cerebrum, fungsinya sendiri adalah bertukar informasi dengan korteks cerebrum idengan tujuan untuk merencanakan rangkaian ekspresi perilaku dan emosional serta juga bertanggung jawab terhadap memori (Kalat, 2010). Penurunan fungsi pada basal ganglia seperti yang terjadi pada penderita penyakit Parkinson dan Huntungton, timbul gejala depresi, memori yang berkurang, dan kesulitan untuk fokus terhadap suatu hal.

 

c)     Sistem Limbik

Limbik memiliki struktur yang membentuk batas antara otak bagian atas dan otak agian bawah. Struktur limbik terdiri dari thalamus, hipotalamus, amygdala, dan cingulate cortex. Secara umum, fungsi utama dari sistem limbik adalah terlibat dalam proses emosi, motivasi, dan memori. Stuktur sistem limbik ialah sebagai berikut.

 Thalamus

Thalamus berfungsi sebagai tempat relai informasi yang menjadi input utama bagi korteks cerebrum. Fungsi utamanya yaitu sebagai tempat menampung dan mengolah informasi dari indera sensorik kemudian meneruskannya ke korteks yang sesuai sehingga dapat terbentuk integrasi informasi dan interpretasi yang tepat. Contohnya suara musik yang kita dengar akan diteruskan terlebih dahulu ke thalamus kemudian akan diteruskan ke korteks auditori yang terletak di lobus temporal.

 Hypothalamus dan Kelenjar Hypofisis

Hypothalamus terletak di bawah thalamus, memiliki fungsi utama untuk mengatur suhu tubuh, haus, lapar, tidur dan bangun, aktivitas seksual, dan emosi. Hypothalamus dihubungkan oleh batang pendek menggantung dengan kelenjar endokrin yang disebut kelenjar hypofisis yang terletak di sebelah bawah hypothalamus. Kelenjar hypofisis berfungsi untuk mengeluarkan hormon yang dapat mempengaruhi aktivitas hormon endokrin lainnya.

 Hypocampus

Hypocampus terletak di dalam lobus temporal medial. Hypocampus berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori jangka Panjang. Disamping itu, hypocampus juga memungkinkan untuk membentuk ingatan-ingatan baru dengan bekerja sama dengan bagian-bagian otak lain yang 21 berada di sekitarnya. Ingatan yang disimpan di dalam hypocampus dapat berupa fakta-fakta, suatu peristiwa, dan detail-detail dari informasi yang terdapat dalam suatu peristiwa tersebut.

 Amygdala

Berada dekat dengan hypocampus, memiliki fungsi utama dalam menanggapi emosi terutama emosi ketakutan dan memori akan ketakutan tersebut. Selain itu amygdala juga berfungsi sebagai tempat mengevaluasi informasi sensorik sebelum diteruskan ke bagian otak atas yang terlibat. Hal ini nantinya dapat menyebabkan seseorang dapat mengambil sebuah keputusan sebelum ia sendiri menyadarinya, biasanya hal ini terjadi ketika manusia atau hewan berhadapan dengan kondisi yang berbahaya. Fungsi lainnya yaitu memiliki peran sebagai penyusunan memori yang bersifat emosional.

 Cingulate Cortex

Berada tepat di atas corpus collosum di lobus frontal dan parietal. Cingulate cortex sendiri terdiri dari empat wilayah yang memiliki fungsi berbeda dalam memproses informasi emosional dan kognitif. Gangguan perhatian (defisit/hiperaktif), skizofrenia, gangguan depresi utama, gangguan bipolar adalah gangguan-gangguan yang terjadi pada korteks ini yang dapat menyebabkan gangguan yang sangat besar dalam proses mental seseorang.

 

Chemical Connection: The Endocrine Glands




Kelenjar endoktrin merupakan kesatuan sel yang dalam memproduksi senyawa kimia (hormon) digunakan sebagai metabolisme bagi tubuh. Lalu senyawa kimia didistribusikan melalui peredaran darah menuju sel, jaringan ataupun organ yang memerlukan (target), yang letak organ sasaran memiliki jarak yang cukup jauh dari tempat sekresinya sehingga membuat tindakan yang lebih lambat. Hormon yang dihasilkan memiliki peran sebagai penyalur serta penerjemah pesan kimiawi di organ sasaran tersebut.

Bersama sistem saraf, kelenjar endoktrin mengontrol dan mengkoordinasi sistem sistem dalam tubuh. Sistem hormonal dengan sistem saraf bekerja sama untuk mempertahankan kondisi stabil tubuh. Untuk bagian hormon bekerja dengan memproduksi hormon, sedangkan pada sistem saraf dengan menghasilkan neurotransmitter yang dihasilkan di postsinapsis.

Menurut Nugroho (2016) fungsi kelenjar endokrin, yaitu sebagai berikut.  

a) Mensekresikan hormon yang dialirkan langsung ke dalam darah (tanpa saluran khusus/ductless) yang dibutuhkan pada sel/jaringan/organ tubuh tertentu.

b)    Mengontrol serta mentstimulasi aktivitas kelenjar tubuh .

c)     Stimulasi pertumbuhan jaringan.

d)    Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.

e)    Menjaga lingkungan internal tubuh agar tetap optimal dan homeostatis.

f)     Mengatur metabolisme, proses oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus.

 

1.   The pituitary gland, kelenjar pituitary terletak di otak, tepat dibawah hipotalamus. Kelenjar pituitary merupakan kelenjar utama yang mengontrol dan mempengaruhi semua kelenjar endokrin yang lain. Kelenjar pituitary merupakan salah satu bagian dari hipofisis yang mengontrol hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan dan kadar air di dalam tubuh.

2.     The pineal gland, kelenjar Pineal juga terletak di otak, tepatnya di otak bagian belakang, tepat di atas batang otak. Kelenjar ini berperan penting dalam beberapa ritme biologis. Kelenjar pineal mengeluarkan suatu hormon yang disebut melatonin yang dapat membantu melacak panjang hari (dan musim). Pada beberapa hewan, ini mempengaruhi perilaku musiman seperti berkembang biak dan berganti kulit. Pada manusia, kadar melatonin lebih berpengaruh dalam mengatur siklus bangun dan tidur.

3.  The tyroid gland, kelenjar tiroid terletak di leher. Kelenjar ini mengeluarkan hormon yang mengatur pertumbuhan dan metabolisme. Salah satu hormonnya adalah hormon tiroksin, yaitu hormon yang mengatur kecepatan metabolisme. Selain itu, tiroid juga berperan penting dalam perkembangan tubuh dan otak.

4.    Pancreas, berfungsi untuk mengontrol kadar gula di dalam tubuh dengan mensekresi insulin dan glucagon. Jika pancreas mengeluarkan terlalu sedikit insulin, maka itu akan mneyebabkan diabetes. Jika terlalu banyak mengeluarkan insulin, maka akan menyebabkan hipoglikemia atau gula darah rendah yang menyebabkan seseorang selalu merasa lapar dan menimbulkan kelebihan berat badan.

5.  The gonads, gonads adalah kelenjar seks, seperti ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki. Hormon ini dikeluarkan untuk mengatur perilaku seksual dan reproduksi. Perilaku seksual manusia tidak sepenuhnya dikendalikan oleh naluri dan tindakan kelenjar, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti daya tarik.

6.  The adrenal glands, setiap orang memiliki 2 kelenjar adrenal yang terletak di atas masing-masing ginjal. Satu kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian, yaitu medulla adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal berfungsi untuk melepaskan epinefrin dan norpinefrin ketika seseorang sedang berada di bawah tekanan atau sedang stress. Hal ini dapat membantu dalam meningkatkan gairah simpatik. Sementara korteks adrenal menghasilkan lebih dari 30 hormon berbeda yang disebut dengan corticoids atau yang juga biasa disebut dengan steroid yang mengatur asupan garam, membantu mengontrol stress dan juga menyediakan sumber hormon seks selain yang disediakan oleh gonad. 

     Salah satu yang paling penting dari hormon adrenal ini adalah kortisol , dilepaskan saat tubuh mengalami stres, baik stres fisik (seperti sakit, operasi, atau panas atau dingin yang ekstrem) maupun stres psikologis (seperti gangguan emosi). Kortisol penting dalam pelepasan glukosa ke dalam aliran darah selama stres, menyediakan energi untuk otak itu sendiri, dan pelepasan asam lemak dari sel-sel lemak yang memberi energi pada otot.


Komentar

Postingan Populer