GANGGUAN PSIKOLOGIS
Haloo teman-teman semuaa, gimana nih kabarnyaa? Nah kali ini aku
bakalan share apa aja yang akan aku pelajari di pertemuan ketigabelas mata
kuliah Psikologi Umum II yang diajarin sama ibu Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog yang membahas tentang “Gangguan Psikologis” nih teman-teman.
Abnormality/Kelainan
o
Psikopatologi
adalah studi tentang perilaku abnormal dan disfungsi psikologis
Sejarah Gangguan Psikologis
o Sejak awal 3000 SM, para arkeolog telah menemukan tengkorak manusia dengan lubang-lubang kecil di dalamnya, lubang ini dibuat ketika orang itu masih hidup.
o
Banyak
lubang menunjukkan bukti penyembuhan, artinya orang tersebut selamat dari
proses tersebut.
o Meskipun
trephining, atau melubangi tengkorak orang yang masih hidup masih
dilakukan sampai sekarang untuk mengurangi tekanan cairan pada otak, pada zaman
kuno alasannya mungkin lebih berkaitan dengan pelepasan "setan" yang
merasuki korban yang malang (Gross 1999)
o
Jadi,
pada zaman kuno orang percaya bahwa
kerasukan setan adalah penyebab dari abnormalitas.
o
Hippocrates
(460–377 SM) menentang keyakinan tersebut dengan pernyataan bahwa penyakit
mental berasal dari ketidakseimbangan cairan vital dalam
tubuh atau humor. Meskipun dia tidak benar, percobaannya adalah
percobaan pertama yang tercatat untuk menjelaskan pemikiran atau perilaku
abnormal yang disebabkan oleh beberapa proses biologis.
o Pada
masa Renaisans, orang yang memiliki penyakit mental disebut penyihir
(kepercayaan pada kerasukan setan digantikan oleh kepercayaan pada sihir)
sehingga harus dihukum mati.
o Pada masa sekarang, gangguan
psikologis dilihat sebagai sebuah model medis, karena dapat didiagnosis
berdasarkan berbagai gejala dan memiliki etiologi (penyebab), course,
dan prognosis.
Kriteria Mendefinisikan Abnormal
1) Statistical or Social Norm Deviance
(penyimpangan statistic atau norma social)
o
Menggunakan
definisi statistic, perilaku yang sering terjadi akan dianggap normal dan
perilaku yang jarang terjadi akan dianggap tidak normal. Atau seberapa banyak
perilaku atau pemikiran yang menyimpang dari norma-norma masyarakat.
o
Misalnya,
menolak mengenakan pakaian dalam masyarakat yang tidak mengizinkan
ketelanjangan kemungkinan besar akan jarang terjadi dan jika kita melakukannya
maka akan dianggap tidak normal.
o
Namun,
penyimpangan dari norma sosial tidak
selalu dicap negatif atau abnormal.
o
Misalnya,
seseorang yang memutuskan untuk menjadi biksu dan tinggal di biara di Amerika
Serikat akan menunjukkan perilaku yang tidak biasa, dan tentu saja bukan apa
yang masyarakat anggap sebagai perilaku normal, tetapi itu tidak akan menjadi
tanda ketidaknormalan.
o
Konteks
situasional (social atau lingkungan dari perilaku) juga dapat menentukan bagaimana
perilaku atau pemikiran diberi label. Misalnya, jika seorang pria datang ke
terapis mengeluh tentang orang-orang yang mendengarkan percakapan teleponnya
dan memata-matai semua aktivitasnya, pikiran pertama terapis mungkin adalah
bahwa pria tersebut menderita pikiran penganiayaan. Tetapi jika pria tersebut
kemudian menjelaskan bahwa dia berada dalam program perlindungan saksi,
pengaduan tersebut akan memiliki nada yang sama sekali berbeda dan cukup dapat
dimengerti.
2) Subjective Discomfort (ketidaknyamanan
subjektif)
o Salah satu tanda kelainan adalah
ketika orang tersebut mengalami banyak ketidaknyamanan subjektif, atau tekanan
emosional saat terlibat dalam perilaku atau proses berpikir tertentu.
o Misalnya, seorang wanita yang
menderita rasa takut pergi ke luar rumah akan mengalami kecemasan yang luar
biasa ketika mencoba meninggalkan rumah.
o Namun, semua pikiran atau perilaku
yang mungkin dianggap abnormal tidak selalu menimbulkan ketidaknyamanan
subjektif pada orang yang memilikinya atau melakukan tindakan tersebut.
o Misalnya, pembunuh berantai tidak
mengalami tekanan emosional setelah mengambil nyawa seseorang.
3) Inability to Function Normally (tidak
dapat berfungsi normal)
o Maladaptif, yaitu pemikiran atau
perilaku yang tidak memungkinkan seseorang untuk beradaptasi dengan tuntutan hidup sehari-hari. Pemikiran
atau perilaku maladaptif pada awalnya dapat membantu seseorang mengatasinya
tetapi memiliki efek berbahaya atau merusak.
o Misalnya, seorang wanita yang memotong
dirinya sendiri untuk menghilangkan kecemasan memang mengalami kelegaan awal
tetapi dirugikan oleh tindakan tersebut. Pemikiran dan perilaku maladaptif
adalah elemen kunci dalam definisi kelainan
Definisi Kerja Abnormalitas
o Psikolog dan profesional psikologis
harus mempertimbangkan beberapa kriteria berbeda saat menentukan apakah suatu
fungsi psikologis atau perilaku itu abnormal (setidaknya dua dari kriteria ini
harus dipenuhi untuk membuat diagnosis kelainan) :
1) Apakah pemikiran atau perilakunya
tidak biasa, seperti mengalami kepanikan yang parah saat berhadapan dengan
orang asing atau mengalami depresi berat tanpa adanya situasi kehidupan yang
penuh tekanan?
2) Apakah pemikiran atau perilaku
tersebut bertentangan dengan norma sosial?
3) Apakah perilaku atau fungsi psikologis
menyebabkan ketidaknyamanan subyektif yang signifikan pada orang tersebut?
4) Apakah proses berpikir atau perilaku
maladaptif, atau mengakibatkan ketidakmampuan untuk berfungsi?
5) Apakah proses berpikir atau perilaku
menyebabkan orang tersebut berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain, seperti
dalam kasus seseorang yang mencoba bunuh diri atau menyerang orang lain tanpa
alasan?
o Kelainan psikologis adalah setiap pola
perilaku atau fungsi psikologis yang menyebabkan orang tertekan secara
signifikan, menyebabkan mereka menyakiti diri sendiri atau orang lain, atau
mengganggu perilaku mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Models of
abnormality
1)
Model Biologis : Penyebab Medis Gangguan
Psikologi
o Model biologis mengusulkan bahwa
gangguan psikologis memiliki penyebab biologis atau medis
o Model ini menjelaskan gangguan seperti
kecemasan, depresi, dan skizofrenia yang disebabkan oleh sistem
neurotransmitter yang salah, masalah genetik, kerusakan dan disfungsi otak,
atau beberapa kombinasi dari penyebab tersebut.
o Misalnya, salah satu factor Big Five adalah neurotisme, seseorang yang mendapat skor tinggi dalam neurotisme akan berisiko lebih besar mengalami gangguan berbasis kecemasan.
2)
Model Psikologis
o Pandangan
Psikodinamik : Menyembunyikan Masalah.
Menjelaskan gangguan pemikiran dan perilaku sebagai hasil dari menekan pikiran,
ingatan, dan kekhawatiran yang mengancam seseorang dalam pikiran bawah
sadarnya. Pikiran dan dorongan yang tertekan ini mencoba untuk muncul kembali,
dan fungsi yang tidak teratur berkembang sebagai cara untuk menjaga agar
pikiran tetap tertekan. Misalnya, seorang wanita yang memiliki pikiran yang
tidak dapat diterima untuk tidur dengan saudara iparnya mungkin merasa
"kotor" dan terpaksa mencuci tangannya setiap kali pikiran itu
mengancam untuk menjadi sadar, membersihkan dirinya secara simbolis dari
pikiran "kotor".
o
Perilaku
: Masalah Belajar. Behavioris
mendefinisikan gangguan perilaku sebagai seperangkat tanggapan yang dipelajari
seperti perilaku normal. Misalnya, ketika Emma masih kecil, seekor laba-laba
jatuh ke kakinya, menyebabkan dia berteriak dan bereaksi ketakutan. Ibunya
membuat keributan besar padanya, memberinya banyak perhatian. Setiap kali Emma
melihat seekor laba-laba setelah itu, dia berteriak lagi, menarik perhatian
pada dirinya sendiri. Behavioris akan mengatakan bahwa ketakutan Emma terhadap
laba-laba dikondisikan secara klasik, dan reaksi teriakannya diperkuat secara
positif oleh semua perhatian.
o Perspektif Kognitif : Masalah Berpikir. Psikolog kognitif melihat fungsi maladaptif sebagai akibat dari pola berpikir yang tidak logis. Ia mungkin menjelaskan ketakutan Emma terhadap laba-laba sebagai pemikiran yang menyimpang : "Semua laba-laba itu ganas dan akan menggigit saya, dan saya akan mati!" Pola berpikir khusus Emma menempatkannya pada risiko depresi dan kecemasan yang lebih tinggi daripada orang yang berpikir lebih logis.
3)
Perspektif Sosial Budaya
o
Perspektif
social budaya abnormal mengkonseptualisasikan semua pemikiran dan perilaku
abnormal sebagai produk pembelajaran dan pembentukan perilaku dalam konteks
keluarga, kelompok sosial, dan budaya.
o
Relativitas
budaya adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan karakteristik unik dari budaya
di mana orang dengan kelainan diasuh untuk dapat mendiagnosis dan mengobati
kelainan dengan benar.
o Misalnya,
di sebagian besar budaya tradisional Asia, penyakit mental sering dipandang
sebagai hal memalukan yang membawa aib bagi keluarga. Ini dapat dilihat sebagai
sesuatu yang diwariskan dan, oleh karena itu, sesuatu yang akan merusak peluang
pernikahan anggota keluarga lainnya, atau dapat dilihat sebagai kesalahan yang
dilakukan nenek moyang keluarga di masa lalu. Hal ini menyebabkan banyak orang
Asia yang menderita gangguan yang akan diberi label sebagai depresi atau bahkan
skizofrenia melaporkan gejala tubuh daripada emosional atau mental, karena
penyakit tubuh lebih dapat diterima secara social.
o Konseptualisasi budaya dan pengaruhnya
terhadap fungsi dan gangguan psikologis telah dijelaskan oleh tiga konsep : cultural
syndromes, cultural idioms of distress, dan cultural explanations or
perceived cause.
o Cultural syndromes (sindrom budaya) adalah sekumpulan
gejala distres tertentu yang ditemukan dalam budaya tertentu, yang mungkin atau
tidak mungkin dikenali sebagai penyakit dalam budaya tersebut.
o Cultural
idioms of distress (idiom
budaya distress) merupakan istilah untuk menggambarkan penderitaan atau
kesusahan dalam konteks budaya tertentu.
o Cultural explanation or perceived cause (penjelasan budaya atau penyebab yang dirasakan) adalah cara yang ditentukan secara budaya untuk menjelaskan sumber atau penyebab gejala atau penyakit.
4)
Perspektif Biopsikososial
o
Merupakan
perspektif di mana pemikiran atau perilaku abnormal dilihat sebagai hasil dari
gabungan dan interaksi pengaruh biologis, psikologis, sosial, dan budaya.
DSM-IV.TR
Memiliki
seperangkat istilah umum dan cara sistematis untuk menggambarkan gejala
psikologis dan perilaku sangat penting, tidak hanya untuk identifikasi dan
diagnosis yang benar tetapi juga dalam komunikasi antara profesional psikologis
dan penyedia layanan kesehatan lainnya.
DSM-5
o The Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) adalah sumber daya umum untuk membantu
para profesional psikologis mendiagnosa gangguan, yang diterbitkan pertama kali
pada tahun 1952.
o DSM-5 menggambarkan sekitar 250
gangguan psikologis yang berbeda. Setiap gangguan dijelaskan berdasarkan
gejalanya, jalur khas yang diambil gangguan saat berkembang, dan daftar periksa
kriteria khusus yang harus dipenuhi agar diagnosis gangguan tersebut dapat
dibuat.
o Beberapa dari 20 kategori gangguan
yang dapat didiagnosis meliputi gangguan depresi, gangguan kecemasan, spektrum
skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, gangguan makan, serta gangguan
perkembangan saraf seperti ADHD.
o Kategori lain termasuk gangguan
kepribadian, kecacatan intelektual, gangguan terkait trauma dan stres, dan
gangguan obsesif-kompulsif.
o Research Domain Criteria (RDoC) adalah
sebuah projek yang mempromosikan penelitian yang menggabungkan semua kemajuan
ini (kemajuan neuroimaging, genetika, dan ilmu kognitif), serta jenis informasi
lainnya, untuk menyediakan basis pengetahuan bagi sistem baru dalam
mengklasifikasikan gangguan psikologis.
o Matriks penelitian RDoC adalah
kerangka kerja yang terdiri dari beberapa domain, masing-masing berisi ide atau
konstruksi tertentu yang terukur dan terkait. Misalnya, mengandung konstruk
ketakutan, kecemasan, dan kehilangan.
o Tujuan dari matriks adalah untuk menyediakan sarana dimana gangguan dapat dikonseptualisasikan dan diukur dengan lebih baik, berdasarkan pendekatan penelitian yang lebih modern dalam genetika dan ilmu saraf selain dari ilmu perilaku.
Seberapa Umum Gangguan Psikologis
o
Lebih
dari seperlima dari semua orang dewasa di atas usia 18 tahun menderita gangguan
jiwa pada tahun tertentu.
o Secara
statistik, gangguan jiwa merupakan salah satu penyebab utama kecacatan di
Amerika Serikat dan Kanada.
o Bahkan, sangat umum bagi orang untuk menderita lebih dari satu gangguan mental pada satu waktu, seperti orang dengan depresi yang juga memiliki gangguan penyalahgunaan zat atau orang dengan gangguan kecemasan yang juga menderita gangguan tidur.
Pro dan Kontra Label
o Dengan daftar gangguan dan gejalanya
yang sesuai, DSM-5 membantu profesional psikologis mendiagnosa pasien dan
memberi pasien tersebut label yang menjelaskan kondisi mereka.
o Dalam dunia diagnosis dan perawatan
psikologis, label itu seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia bisa sangat
membantu : mereka membentuk bahasa yang sama dalam komunitas kesehatan mental,
memungkinkan profesional psikologis untuk berkomunikasi satu sama lain dengan
jelas dan efisien.
o Label menetapkan kategori diagnostik
berbeda yang dikenali dan dipahami oleh semua profesional, dan label membantu
pasien menerima pengobatan yang efektif.
o Namun, label juga bisa berbahaya atau
terlalu merugikan.
o Pada tahun 1972, peneliti David
Rosenhan meminta peserta yang sehat untuk masuk rumah sakit jiwa dan mengeluh
bahwa mereka mendengar suara-suara. Semua peserta, yang disebut Rosenhan
sebagai "pasien semu", dirawat di rumah sakit dan didiagnosis
menderita skizofrenia atau depresi manik (sekarang disebut gangguan bipolar).
o Setelah pasien palsu diterima, mereka
berhenti berpura-pura sakit dan bertindak seperti biasanya, tetapi interpretasi
staf rumah sakit tentang perilaku normal pasien palsu dibelokkan oleh label
penyakit mental.
o Misalnya, pekerja rumah sakit
menggambarkan hubungan yang relatif normal antara seorang pasien pseudo dengan
keluarga dan teman sebagai bukti gangguan psikologis, dan kebiasaan mencatat
pasien semu lainnya dianggap sebagai perilaku patologis. Pasien semu telah
didiagnosis dan diberi label, dan label tersebut melekat, bahkan ketika gejala
penyakit mental yang sebenarnya menghilang.
o Rosenhan menyimpulkan bahwa label psikologis bertahan lama dan kuat, mempengaruhi tidak hanya bagaimana orang lain melihat pasien gangguan jiwa tetapi juga bagaimana pasien melihat diri mereka sendiri.
Psychological Disorders
1) Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
Anxiety Disorder termasuk gangguan di mana gejala yang paling dominan adalah kecemasan yang berlebihan atau tidak realistis. Kecemasan dapat dikatergorikan secara spesifik seperti rasa takut terhadap objek tertentu, atau dapat menjadi emosi yang sangat umum, seperti yang dialami seseorang yang khawatir tidak diketahui apa penyebabnya.
2) Jenis Gangguan Kecemasan Dan Gejalanya
free-floating anxiety : kecemasan yang tidak terkait dengan penyebab spesifik dan diketahui.
a.
Phobic Disorders: When Fears Get Out
Of Hand
o Merupakan
ketakutan yang irasional dan terus-menerus
terhadap sesuatu. "Sesuatu"
itu bisa berupa objek atau situasi atau mungkin melibatkan interaksi sosial.
o Misalnya, banyak orang akan merasa takut jika tiba-tiba bertemu ular hidup saat mereka sedang berjalan dan akan mengambil langkah untuk menghindari ular tersebut. Meskipun orang yang sama itu belum tentu menghindari gambar ular dalam sebuah buku, orang dengan fobia ular akan menhindari ular tyersebut, meskipun hanya sebuah gambar. Menghindari ular hidup itu rasional, menghindari gambar ular tidak rasional .
v
Social Anxiety Disorder (Phobia
Sosial)
o
Adalah
ketakutan terhadap objek (orang lain) atau situasi atau peristiwa tertentu.
o
Orang
dengan gangguan kecemasan sosial takut
dievaluasi secara negatif oleh orang lain, sehingga mereka cenderung menghindari situasi yang
dapat menyebabkan sesuatu yang embrassing/humiliating memalukan. Akibatnya,
mereka sangat sadar diri.
o Jenis
phobia sosial : demam panggung, takut berbicara di depan umum, dan takut buang
air kecil di toilet umum.
o orang dengan fobia sosial sering memiliki riwayat pemalu saat masih anak-anak.
v
Specific Phobias ( Phobia Spesifik )
o
adalah
ketakutan irasional terhadap beberapa objek atau situasi tertentu
o
contohnya
:
-
seperti
ketakutan terhadap anjing
-
ketakutan
berada di ruang kecil yang tertutup (claustrophobia).
-
rasa
takut akan suntikan (tripanofobia)
-
takut
akan perawatan gigi ( odontofobia)
-
takut
darah (hematofobia)
-
takut
mencuci dan mandi (ablutofobia)
-
takut
ketinggian ( acrofobia).
v
Agoraphobia
o
“
takut akan pasar “
o
takut
berada di tempat atau situasi yang sulit atau tidak mungkin untuk melarikan
diri.
o Seseorang
didiagnosis menderita agorafobia jika mereka merasa cemas setidaknya pada dua
dari lima kemungkinan situasi seperti
-
menggunakan
transportasi umum seperti bus atau pesawat
-
berada
di ruang terbuka seperti di jembatan atau di tempat parkir
-
berada
di ruang tertutup seperti toko kelontong atau bioskop
-
mengantri
atau berada di keramaian seperti di konser
- berada di luar rumah sendirian
o
Orang dengan fobia
spesifik biasanya dapat menghindari
objek atau situasi tanpa terlalu banyak kesulitan, dan orang dengan fobia sosial mungkin hanya menghindari
pekerjaan dan situasi yang melibatkan pertemuan tatap muka.
o
Tetapi orang dengan agorafobia
tidak dapat menghindari sumber fobia mereka karena itu hanyalah berada di luar dunia nyata.
o
Kasus agorafobia yang parah dapat membuat rumah seseorang seperti
penjara, membuat orang yang terperangkap di dalamnya tidak dapat pergi bekerja,
berbelanja, atau terlibat dalam aktivitas apa pun yang mengharuskan keluar
rumah.
b.
Panic Disorder (Serangan Panik )
o
Merupakan
serangan tiba-tiba dari kepanikan hebat di mana beberapa gejala fisik stres
muncul, seringkali dengan perasaan bahwa seseorang sedang sekarat.
o Orang
yang mengalami panic disorder akan mengalami kepanikan ekstrem dengan berbagai gejala fisik seperti jantung berdebar kencang, napas cepat, sensasi
“keluar dari tubuh”, pendengaran dan penglihatan tumpul, berkeringat, dan mulut
kering.
o Banyak
orang yang mengalami serangan panik
berpikir bahwa mereka mengalami serangan jantung dan dapat mengalami rasa sakit
serta panik, tetapi gejalanya
disebabkan oleh kepanikan, bukan gangguan fisik yang sebenarnya.
o
Secara
psikologis, orang yang mengalami
serangan panik (panic attack) berada dalam keadaan teror, mengira kematian akan
segera terjadi, dan banyak orang mungkin merasa perlu untuk melarikan diri.
o Panic
Attack (serangan panik ) terjadi tanpa
peringatan dan tiba-tiba.
o Panic
Attack (serangan panik ) dapat berlangsung selama setengah jam, beberapa hanya berlangsung beberapa menit, dengan
sebagian besar serangan memuncak dalam 10
hingga 15 menit.
o Panic
Attack (serangan panik ) sudah biasa terjadi pada wanita dewasa dan gadis
remaja.
o Peneliti
menemukan bahwa seorang yang perokok
dapat meningkatkan risiko Panic Attack (serangan panik) pada masa remaja,
dewasa muda, dan dewasa menengah.
o
Panic
Attack (Serangan panik ) terjadi lebih dari sekali atau berulang kali dan
menyebabkan kekhawatiran terus-menerus atau perubahan perilaku barulah mereka
menjadi Panic disorder (gangguan panik).
o Contoh panic disorder : lia adalah gadis yang berusia 14 tahun sedang duduk di kelas sains menonton film. Tiba-tiba, dia mulai merasa sangat aneh. Telinganya seperti diisi dengan kapas dan penglihatannya sangat redup. Dia kedinginan, berkeringat, dan merasa sangat takut tanpa alasan yang jelas. Jantungnya berdegup kencang, dan dia segera menjadi yakin bahwa dia sedang sekarat. Seorang teman yang duduk di belakangnya melihat betapa pucatnya dia dan mencoba menanyakan apa yang salah, tetapi Dariya tidak dapat berbicara. Dia dalam keadaan panik dan tidak bisa bergerak.
c.
Generalized Anxiety Disorder (
Gangguan Kecemasan Umum )
o Merupakan
gangguan di mana seseorang memiliki perasaan
takut dan malapetaka yang akan datang bersamaan dengan gejala stres fisik,
yang berlangsung selama 6 bulan atau
lebih.
o Orang
dengan gangguan ini juga dapat mengalami kecemasan tentang sejumlah peristiwa
atau aktivitas (seperti pekerjaan atau kinerja sekolah).
o Perasaan
cemas ini tidak memiliki sumber khusus yang dapat ditunjukkan dengan tepat, dan
orang tersebut juga tidak dapat mengendalikan perasaan tersebut meskipun ada
upaya untuk melakukannya.
o Orang
dengan gangguan ini hanyalah orang yang
mudah khawatir.
o
Mereka
khawatir secara berlebihan tentang uang, anak-anak mereka, kehidupan mereka,
teman-teman mereka, anjing, serta hal-hal
yang tidak akan dilihat orang lain sebagai alasan untuk khawatir.
o
Mereka
merasa tegang, gelisah, mudah lelah, dan mungkin sulit berkonsentrasi.
o
Mereka
mengalami nyeri otot, mengalami masalah tidur, dan sering mudah marah—semuanya
merupakan tanda-tanda stres.
3) Gangguan Lain Yang Berkaitan Dengan Kecemasan
a.
Obsessive-Compulsive Disorder
o
Adalah
gangguan di mana pikiran atau obsesi
yang mengganggu dan berulang menciptakan kecemasan yang dihilangkan dengan
melakukan perilaku ritual atau tindakan
mental yang berulang (kompulsi).
o Misalnya
seperti OCD, yaitu gangguan di mana pemikiran yang mengganggu muncul berulang kali (obsesi, seperti ketakutan bahwa ada kuman
di tangan seseorang) diikuti oleh
beberapa tindakan mental yang berulang (dorongan, seperti mencuci tangan
berulang kali, menghitung, dll.).
o
Kompulsi
dimaksudkan untuk menurunkan kecemasan yang disebabkan oleh pikiran.
o Kesedihan yang disebabkan oleh kegagalan ketidakmampuan untuk berhasil
menyelesaikan paksaan adalah ciri
khas OCD.
b.
Acute Stress Disorder (ASD) And
Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
o gangguan stres akut (ASD) merupakan gangguan akibat paparan stresor utama, dengan gejala kecemasan, disosiasi, mimpi buruk berulang, gangguan tidur, masalah konsentrasi, dan saat-saat di mana orang tampaknya "menghidupkan kembali" peristiwa dalam mimpi dan kilas balik selama 1 bulan setelah kejadian tersebut.
o gangguan stres pascatrauma (PTSD) merupakan gangguan akibat paparan stresor utama, dengan gejala kecemasan, disosiasi, mimpi buruk, kurang tidur, menghidupkan kembali peristiwa, dan masalah konsentrasi, yang berlangsung selama lebih dari 1 bulan; gejala dapat muncul segera, atau tidak muncul sampai 6 bulan atau lebih setelah peristiwa traumatis.
o Para peneliti telah menemukan bahwa wanita memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk mengembangkan PTSD seperti halnya pria dan kemungkinan meningkat jika pengalaman traumatis terjadi sebelum wanita berusia 15 tahun.
o PTSD parah telah dikaitkan dengan penurunan ukuran hippocampus pada anak-anak dengan gangguan tersebut. Hippocampus : pembentukan ingatan deklaratif jangka Panjang.
o mereka yang menderita PTSD juga lebih mungkin mengalami demensia (risiko 10,6 persen) bila dibandingkan dengan mereka yang tidak PTSD (risiko hanya 6,6 persen). Meningkatnya tingkat stres dapat memperburuk keadaan.
o individu
dengan ASD dan PTSD cenderung memandang dunia di sekitar mereka secara
berbeda.
o Sebuah
studi menyarankan individu dengan ASD atau PTSD lebih mungkin untuk mengidentifikasi gambar terkait trauma
daripada gambar netral, dibandingkan dengan penyintas trauma yang tidak
didiagnosis dengan ASD atau PTSD.
4) Penyebab Anxiety, Trauma, And Stress
Disorders
a.
Faktor Perilaku Dan Kognitif
o
Behavioris
percaya bahwa reaksi perilaku cemas dapat dipelajari.
o Psikolog
kognitif melihat gangguan kecemasan sebagai akibat dari proses berpikir yang tidak logis dan tidak rasional.
o
Salah
satu cara orang dengan gangguan kecemasan menunjukkan pemikiran irasional
adalah melalui magnification, yaitu kecenderungan untuk menafsirkan situasi
jauh lebih berbahaya, berbahaya, atau penting daripada yang sebenarnya.
o Misalnya
: saat orang dalam situasi panik, orang akan menafsirkan detak jantung yang
berdegup kencang sebagai serangan jantung, bukan hanya gairah sesaat.
o
Psikolog
kognitif-perilaku mungkin melihat kecemasan terkait dengan proses pemikiran
terdistorsi lainnya yang disebut pemikiran
all-or-nothing thinking semua atau tidak sama sekali, di mana seseorang
percaya bahwa kinerjanya harus sempurna atau hasilnya akan gagal total.
o
Overgeneralization (generalisasi
berlebihan) adalah distorsi
pemikiran di mana seseorang menarik kesimpulan berdasarkan hanya satu kejadian
atau peristiwa dan menerapkan kesimpulan tersebut pada peristiwa yang tidak
terkait dengan aslinya; kecenderungan untuk menafsirkan satu peristiwa negatif
sebagai pola kekalahan dan kegagalan yang tidak pernah berakhir.
o
Minimalisasi adalah distorsi pemikiran di mana seseorang meledakkan peristiwa negatif di luar proporsi kepentingannya (magnification/
pembesaran) sambil mengabaikan peristiwa
positif yang relevan (minimalisasi).
b. Faktor Biologis
o faktor
biologis berkontribusi terhadap gangguan kecemasan. Beberapa gangguan, termasuk
generalized anxiety disorder (gangguan
kecemasan umum), panic disorder (gangguan
panik), fobia, dan OCD, cenderung diturunkan
keluarga, menunjuk ke dasar genetik untuk gangguan ini.
o faktor
genetik di PTSD tampaknya memengaruhi risiko pengembangan gangguan dan
kemungkinan individu terlibat dalam situasi yang berpotensi berbahaya.
o Amigdala,
area seluas sistem limbik, lebih aktif pada orang fobia yang merespons gambar
laba-laba daripada orang yang tidak fobia dan juga lebih aktif pada individu
dengan PTSD dan gangguan kecemasan sosial, menunjukkan pengondisian yang
berlebihan dan respons yang berlebihan. terhadap rangsangan yang biasanya akan
menimbulkan respons terkait rasa takut minimal.
o di
area otak tertentu telah dikaitkan dengan berbagai gangguan kecemasan, yaitu
pengurangan materi abu-abu di bagian gyrus cingulate anterior ventral kanan (di
bagian bawah dan depan gyrus cingulate kanan) dan girus frontal inferior kiri
c.
Cultural Variations ( Vasriasi Budaya
)
o
bentuk
gangguan kecemasan berbeda di berbagai budaya.
o Misalnya
: dalam beberapa budaya Amerika Latin, kecemasan dapat berbentukataque de
nervios, atau "serangan saraf", di mana orang tersebut mungkin
menangis, berteriak tak terkendali, mengalami sensasi panas, dan menjadi sangat
agresif, baik secara verbal maupun fisik.
o Serangan ini biasanya terjadi setelah beberapa peristiwa yang membuat stres seperti kematian orang yang dicintai.
o Beberapa sindrom yang pada dasarnya adalah jenis fobia khusus untuk budaya tertentu. Misalnya, koro, ditemukan terutama di Cina dan beberapa negara Asia Selatan dan Asia Timur lainnya, melibatkan ketakutan bahwa alat kelamin seseorang menyusut, dan taijin kyofusho( TKS), ditemukan terutama di Jepang, melibatkan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, tetapi dalam kasus ini adalah ketakutan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu di depan umum yang secara sosial tidak pantas atau memalukan, seperti tersipu, menatap, atau memiliki bau badan yang menyengat.
Dissociative
Disorders: Altered Identities
o Gangguan
disosiatif adalah kondisi dimana ada gangguan dalam kesadaran, ingatan, rasa
identitas, atau beberapa kombinasi. Jenis-jenis gangguan disosiatif sebagai
berikut:
1) Amnesia
disosiatif, individu tidak dapat
mengingat informasi pribadi seperti nama sendiri atau peristiwa pribadi
tertentu, jenis informasi yang terkandung dalam memori jangka panjang episodik.
Amnesia disosiatif mungkin terdengar seperti amnesia retrograde, tetapi
penyebabnya berbeda. Pada amnesia retrograde, kehilngan ingatan biasanya disebabkan
oleh cidera fisik, seperti pukulan dikepala ,sementara dalam amnesia disosiatif
penyebabnya lebih bersifat psikologis daripada fisik.
2) Dissociative
fugue, fugue memiliki arti
melarikan diri. Fugue dissociative terjadi ketika seseorang tiba-tiba melakukan
perjalanan jauh dari rumahdan setelah itu tidak dapat mengingat perjalanan atau
bahkan informasi pribadi seperti identitas.
3) Dissociative
identity disorder, gangguan identitas
pada individu . dalam gangguan ini seseorang tampaknya mengalami setidaknya dua
atau lebih kepribadian berbeda yang ada dalam tubuh.
o Penjelasan
psikodinamik menunjukkan represi ingatan, melihat disosiasi sebagai mekanisme
pertahanan melawan kecemasan.
o Penjelasan
kognitif dan perilaku melihat gangguan disosiatif sebagai semacam pembelajaran
penghindaran. Penjelasan biologis menunjukkan tingkat aktivitas yang lebih
rendah dari normal di area otak yang bertanggung jawab atas kesadaran tubuh.
Disorder Of Mood: The
Effect Of Affect
o
Mood disorders (Affective disorders)
adalah gangguan pada emosi atau suasana hati seseorang yang bersifat ringan,
sedang atau ekstrem.
o Biasanya gangguan emosi ini didorong
oleh keadaan yang membuat seseorang stress atau faktor lainnya sehingga membuat
seseorang merasakan kesedihan, keputusasaan, hingga kebahagiaan yang ekstrem.
o Sedangkan emosi yang normal itu berada
di tengah-tengah, tidak terlalu sedih dan tidak terlalu bahagia, ia lebih
condong ke perasaan yang puas.
o
Mood disorder
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Depressive
Disorders
o Depressive
disorders atau yang disebut dengan mayor
depressive disorder merupakan keadaan suasana hati yang sangat tertekan
yang datang tiba-tiba dan terjadi secara terus menerus.
o Gejala-gejala
dari mayor depressive disorder yaitu sulit untuk menikmati aktivitas
yang dilakukakan, mudah merasa lelah, sulit tidur atau terlalu banyak tidur,
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, tidak merasa berharga, selalu
merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, bahkan mengalami delusi dan halusinasi.
o Sebagian besar gejala ini terjadi
setiap hari, berlangsung hampir sepanjang hari. Beberapa orang dengan depresi mungkin
berpikir tentang kematian atau bunuh diri, termasuk percobaan bunuh diri.
Akibat negatif dari depresi ini yaitu melakukan bunuh diri.
2) Bipolar
Disorders
Bipolar Disorders merupakan
gangguan emosional dalam rentang depresi berat hingga manik (terlalu gembira,
kegelisahan, dan energi yang berlebihan).
Bipolar Disorders memiliki
dua pembagian, yaitu:
a. Bipolar I Disorders, adalah suasana hati yang berada pada rentang normal hingga manic, bisa mengalami depresi dan bisa jadi tidak mengalaminya. Dalam episode manik, orang tersebut sangat bahagia (euphoria) tanpa alasan yang nyata, gelisah, lekas marah, tidak bisa untuk duduk diam dan energi yang tidak terbatas. Orang tersebut mungkin tampak konyol kepada orang lain dan bisa menjadi agresif ketika tidak diizinkan untuk melakukan rencana besar (dan terkadang delusi). Mereka mungkin juga berbicara cepat dan melompat dari satu topik ke topik lainnya.
b. Bipolar II Disorders, adalah rentang suasana hati normal diselingi dengan episode depresi berat dan episode hipomania, manic yang dirasakan tidak seberat bipolar I. Apakah bipolar ini berkaitan dengan ADHD? Memang ada hubungan tapi hanya sebagian kecil anak-anak dengan ADHD terus mengembangkan gangguan bipolar. Kebingungan antara kedua gangguan tersebut muncul karena hiperaktif (gerakan berlebihan dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi) merupakan gejala dari kedua gangguan tersebut. Anak-anak dengan gangguan bipolar juga menderita masalah emosional dan perilaku yang jauh lebih parah dibandingkan dengan ADHD.
Penyebab
Mood Disorders
Dari
pandangan teori perilaku, kognitif sosial, biologis, dan genetika, maka
lahirlah penjelasan mengenai depresi dan gangguan suasana hati lainnya. Diantara
penyebab mood disorders dari beberapa teori tersebut yaitu:
o Teori
perilaku: mengaitkan depresi dengan ketidakberdayaan yang dipelajari (tingkah
laku yang menahan tindakan menyakitkan secara paksa). Maksud dari ketidakberdayaan yang dipelajari yaitu peningkatan pemikiran negative tentang
diri sendiri dan depresi bagi orang-orang yang telah mengalami peristiwa
menyakitkan yang tidak terkendali.
o Teori kognitif sosial: negative thinking yang dapat merugikan diri sendiri dan membuat dirinya semakin tertekan. Faktor resiko yang berhubungan dengan lingkungan kognitif sosial, seperti diskriminasi, kemiskinan, menggunakan narkoba (termasuk tembakau dan alkohol), dan terlibat dalam perilaku nakal.
o Teori
biologis: berfokus pada efek penggunakaan obat depresi dan mania yang mempengaruhi
neurotransmitter (serotonin, norepinerfrin, dan dopamine). Dan gangguan psikologis
lainnya, neuroimaging
terus memberikan informasi mengenai kemungkinan area otak yang berhubungan
dengan suasana hati.
o Teori
psikodinamik: gangguan mood berasal dari dalam diri sendiri dan
cenderung muncul pada individu yang terkait secara genetic. Studi kembar telah menunjukkan bahwa
jika salah satu kembar identik mengalami depresi berat atau gangguan bipolar,
kemungkinan kembar lainnya juga akan mengembangkan gangguan mood adalah sekitar
40 sampai 70 persen.
Schizophrenia Disorders
o
Schizophrenia disorders merupakan
salah satu gangguan mental yang ditandai dengan gangguan berpikir, perilaku aneh, halusinasi, dan
ketidakmampuan untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan (Psychotic).
o
Hingga saat ini, penyebab pasti dari schizophrenia
masih belum diketahui, akan tetapi peran dari faktor genetik, ketangguhan
mental, kepribadian, dan lingkungan diduga memiliki peran terhadap schizophrenia
ini.
Gejala yang dapat ditimbulkan dari schizophrenia,
yaitu:
o Psychotic,
yaitu tidak bisa membedakan yang nyata dengan fantasi dan memiliki gangguan
dalam berpikir, emosi, perilaku, dan persepsi.
o Delusi, yaitu menolak kenyataan yang sebenarnya dan teguh pendirian terhadap keyakinan yang salah yang ia yakini.
Macam-macam Delusi:
a. Delusions of Persecution (Delusi
Penganiayaan): percaya bahwa orang lain mencoba menyakiti mereka dengan cara
tertentu.
b. Delusions of Reference (Delusi
Referensi): percaya bahwa orang lain, karakter televisi dan buku secara khusus
berbicara kepada mereka.
c. Delusions of Influence (Delusi
Pengaruh): percaya bahwa mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal, seperti
iblis atau alien.
d. Delusions of Grandeur (Delusi Keagungan): yakin bahwa mereka adalah orang-orang kuat yang dapat menyelamatkan dunia atau memiliki misi khusus.
o Gangguan bicara, yaitu dengan mengarang kata, mengulang kata terus-menerus, menyusun kata sesuai bunyi, dan gangguan tiba-tiba ketika berbicara atau berpikir.
o Halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat benda atau orang yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi juga mungkin melibatkan sentuhan, penciuman, dan rasa.
o Flat affect, yaitu kurangnya respon emosional. menunjukkan sedikit atau tidak ada emosi.
o Catatonia, yaitu memperlihatkan Gerakan yang ekstrim atau tidak bergerak sama sekali dalam waktu berjam-jam (mematung).
o Gejala schizophrenia berdasarkan hubungannya dengan fungsi normal yaitu,
a. Gejala
Positif: yang menunjukkan kelebihan fungsi normal atau distorsi fungsi normal,
seperti halusinasi dan delusi.
b. Gejala
negatif yang menunjukkan penurunan fungsi normal, seperti perhatian yang buruk, flat affect, dan
produksi ucapan yang buruk.
Untuk
mendiagnosis schizophrenia minimal ada dua gejala yang harus muncul
minimal satu bulan, yaitu delusi, halusinasi, ucapan tidak teratur, gejala
negatif, dan perilaku yang sangat tidak teratur atau catatonia.
Pengaruh Biologis dan lingkungan pada
Skizofrenia:
o
Kemungkinan
besar disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan
o Studi
keluarga, kembar, dan adopsi telah memberikan bukti kuat bahwa gen adalah
sarana utama untuk menularkan skizofrenia.
o
Stress-Vulnerability
Model (model stres-kerentanan) yang mengasumsikan bahwa orang dengan
"penanda" genetik untuk skizofrenia memiliki kerentanan fisik
terhadap gangguan tersebut tetapi tidak akan berkembang menjadi skizofrenia
kecuali mereka terpapar stres lingkungan atau emosional pada saat-saat kritis
dalam perkembangan, seperti pubertas.
o Neuroimaging
struktural dan fungsional telah memberikan informasi tentang bagaimana
skizofrenia memengaruhi otak, atau bagaimana otak bekerja pada individu dengan
skizofrenia.
o Studi
diffusion tensor imaging (DTI), peserta dengan skizofrenia menunjukkan
perbedaan struktural di dua area otak tertentu yg membuat area otak ini kurang
efisien dalam mengirimkan saraf pesan ke sel lain, mengakibatkan penurunan
memori dan kemampuan pengambilan keputusan.
o Mengukur ketebalan kortikal dan melacak perubahan volume materi abu-abu dan materi putih juga memberikan informasi berharga tentang pola abnormal perkembangan otak pada skizofrenia dan gangguan lainnya.
Personality Disorders
o
Personality disorders
merupakan gangguan pada pola perilaku, interaksi interpersonal yang terlalu
kaku, dan maladaptif yang mempengaruhi seluruh aspek diri sendiri dan juga
orang.
o Orang yang mengalami personality
disorders biasanya mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dan beradaptasi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar sehingga dapat membatasi aktivitas
sehari-hari.
o Meskipun
gangguan kepribadian memengaruhi seluruh orang, penelitian saat ini menunjukkan
bahwa gangguan tersebut tidak selalu bersifat seumur hidup seperti yang
diyakini sebelumnya.
o DSM-5 mencantumkan 10 jenis utama
gangguan kepribadian yang dikelompokkan dalam tiga kelompok (cluster), diantaranya
yaitu:
a. Kelompok
A, pemikiran dan perilaku yang dianggap aneh atau eksentrik oleh orang lain
(Paranoid, Schizoid, Schizotypal).
b. Kelompok
B, pemikiran dan perilaku yang sangat dramatis, emosional, atau tidak menentu
(Antisosial, Borderline, Histrionic, Narcissistic).
c. Kelompok
C, pemikiran dan perilaku yang didominasi oleh kecemasan atau ketakutan
(Avoidant, Dependent, Obsessive-Compulsive).
Berikut penjelasan dari dua jenis
gangguan pada kelompok B, diantaranya yaitu:
1)
Antisocial Personality Disorder
(ASPD)
o
Orang yang mengalami gangguan ini
biasanya melanggar aturan dan hukum yang ada, berbohong, memanfaatkan orang
lain sesuka hati, dan cenderung memiliki sifat yang sangat egois dan
manipulatif.
o Orang
dengan ASPD mungkin mudah tersinggung atau agresif, tidak menepati janji dan
secara konsisten tidak bertanggung jawab, tampak acuh tak acuh atau
memanfaatkan atau menyakiti orang lain.
o Menurut American Psychiatric Association (2013), yang mengalami ASPD ini lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
2)
Borderline Personality Disorder
(BLPD)
o
Orang yang mengalami BLPD ini memiliki
pola kepribadian maladaptif di mana seseorang murung, kesadaran diri yang tidak
stabil, tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang siapa mereka, dan sering
bergantung pada orang lain, dan
sangat takut ditinggalkan.
o
Tujuan
hidup, pilihan karier, persahabatan, dan bahkan perilaku seksual dapat berubah
dengan cepat dan dramatis.
o
Periode
depresi tidak biasa, dan beberapa mungkin terlibat dalam pengeluaran
berlebihan, penyalahgunaan narkoba, atau perilaku bunuh diri (upaya bunuh diri
mungkin merupakan bagian dari manipulasi yang digunakan terhadap orang lain
dalam suatu hubungan).
o Mereka juga sangat kesepian, dan
kemarahan yang mereka miliki dapat mengganggu dalam hubungan dekat seperti
keluarga, persahabatan, karis, dan hubungan percintaan.
Penyebab Terjadinya Personality
Disorders
a. Bukti faktor genetik dalam gangguan
kepribadian
o Kerabat biologis dari orang-orang
dengan gangguan seperti antisosial, schizotypal, dan borderline lebih cenderung
memiliki gangguan ini daripada mereka yang tidak terkait.
o Studi adopsi anak-anak yang orang tua
kandungnya memiliki gangguan kepribadian antisosial menunjukkan peningkatan
risiko gangguan tersebut pada anak-anak nya, meskipun dibesarkan di lingkungan
yang berbeda oleh orang yang berbeda.
o Sebuah studi longitudinal telah
mengaitkan temperamen anak-anak pada usia 3 tahun dengan kecenderungan
antisosial di masa dewasa.
b. Penyebab lain dari gangguan
kepribadian, kepribadian antisosial secara emosional tidak responsif terhadap
stres atau situasi mengancam bila dibandingkan dengan orang lain. Karena
ketidaktanggapan ini terkait dengan tingkat hormon stres yang lebih rendah pada
orang antisosial.
c. Gangguan dalam hubungan keluarga dan
komunikasi juga dikaitkan dengan gangguan kepribadian dan khususnya gangguan
kepribadian antisosial.
d. Kemungkinan penyebab perkembangan
gangguan kepribadian menjadi rumit: pelecehan masa kecil, pengabaian, pola asuh
yang terlalu ketat atau terlalu protektif, dan penolakan orang tua.
e. Lebih aman untuk mengatakan bahwa banyak
faktor yang sama (genetik, hubungan sosial, dan pola asuh) yang membantu
menciptakan personality ordinary dan personality disorderers
Komentar
Posting Komentar