SEXUALITY AND GENDER
Sisi Fisik Seksualitas Manusia
Karakteristik
seksual secara fisik dibagi atas laki laki dan perempuan. Seorang laki laki
ditandai dengan adanya organ reproduksi berupa penis, sedangkan pada perempuan
ditandai dengan adanya vagina sebagai alat reproduksinya. Alat reproduksi ini,
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda di antara keduanya serta
memiliki ciri ciri tertentu.
Alat
kelamin merupakan bentuk alami manusia yang dimiliki sejak lahir. Hal inilah
yang dikatakan sebagai karakteristik seks primer. Kemudian, organ tersebut
berkembang seiring bertambahanya usia. Pada saat memasuki masa remaja,
perubahan pada organ seksual cenderung lebih mencolok, hal inilah yang disebut
sebagai karakteristik seks sekunder.
1) Karakteristik Seks Primer
Pada
wanita, karakteristik ini meliputi vagina, uterus (Rahim), dan ovarium. Pada
laki-laki, karakteristik seks utama meliputi penis, testis atau buah zakar,
skrotum dan kelenjar prostat.
2) Karakteristik Seks Sekunder
Pada wanita,
karakteristik seks sekunder meliputi percepatan pertumbuhan yang dimulai
sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir sekitar 1 tahun setelah siklus
menstruasi pertama, di mana darah dan lapisan jaringan rahim keluar dari tubuh
melalui vagina jika tidak ada kehamilan yang mendukung. Pada laki laki berupa,
suara yang lebih dalam, munculnya rambut pada wajah, dada, dan kemaluan serta
perkembangan tekstur kulit yang lebih kasar.
Perkembangan Karakteristik Seksual
Karakteristik
seksual primer, berkembang saat embrio tumbuh di dalam rahim sebagai hasil dari
kromosom yang terkandung di dalam sel embrio serta pengaruh hormonal, sekitar 5
minggu pada saat kehamilan, dua organ yang disebut gonad terbentuk di dalam
embrio. Selain itu, dua set saluran juga berkembang di sebelah gonad yaitu,
saluran Wolffian (yang dapat menjadi organ seks jantan) dan saluran Müllerian
(yang dapat menjadi organ seks betina).
Pada
titik ini, gonad tidak termasuk dalam kategori jantan maupun betina dan embrio
berpotensi menjadi jantan maupun betina. Faktor penentu jenis kelamin dimiliki
oleh kromosom. Pada saat kromosom dari pasangan ke-23 mengandung kromosom Y,
gen pada kromosom Y tersebut menyebabkan gonad melepaskan testosteron, hormon
laki-laki atau androgen.
Testosteron
menyebabkan saluran Wolffian untuk berkembang menjadi organ seks pria,
sementara saluran Müllerian memburuk. Begitu juga sebaliknya, pada saat
pasangan ke-23 kromosom mengandung dua kromosom perempuan atau X, sedangkan
kromosom Y tidak ada maka tidak akan ada testosteron. Testosteron dilepaskan,
dan gonad akan berkembang menjadi ovarium yang mengeluarkan estrogen. Kemudian,
saluran Müllerian menjadi organ kelamin perempuan sementara saluran Wolffian
mengalami kemunduran.
Dimension of Sex
Terdapat
beberapa faktor yang dapat mengklasifikasikan seseorang antara laki laki dengan
perempuan. Faktor tersebut diantaranya :
1) Genetic Sex
Jenis
kelamin genetik dapat ditentukan pada saat pembuahan. Dua kromosom X memulai
perkembangan perempuan. Kromosom X ditambah kromosom Y menghasilkan laki-laki.
Sel telur seorang wanita selalu mengandung kromosom X, karena ia memiliki dua
kromosom X dalam susunan genetiknya. Sebaliknya, separuh dari sperma pria
membawa kromosom X dan separuhnya lagi membawa kromosom Y.
2) Hormonal and Gonadal Sex
Secara
umum, karakteristik seksual juga terkait dengan efek hormon seks dan gonad
sebelum kelahiran. Hormon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar
endokrin sedangkan gonad adalah kelenjar seks yang akan memengaruhi
perkembangan dan perilaku seksual dengan mengeluarkan estrogen (hormon wanita) dan
androgen (hormon pria). Gonad pada pria adalah testis dan gonad pada wanita
adalah ovarium.
3) Genital Sex
Laki-laki
dan perempuan dewasa juga berbeda dalam hal karakteristik seksual primer dan
sekunder. Karakteristik seksual primer mengacu pada organ seksual dan
reproduksi itu sendiri: vagina, ovarium, dan rahim pada Wanita dan penis,
testis, dan skrotum pada pria.
Karakteristik
seksual sekunder adalah ciri-ciri fisik yang muncul pada masa pubertas.
Ciri-ciri ini berkembang sebagai respons terhadap sinyal hormonal dari kelenjar
hipofisis. Pada wanita, karakteristik seksual sekunder meliputi perkembangan
payudara, pelebaran pinggul, dan perubahan bentuk tubuh lainnya. Pada pria,
rambut wajah dan tubuh tumbuh, dan suara menjadi lebih dalam.
Meskipun
terdapat beberapa faktor biologis yang mampu memengaruhi gender, akan tetapi
sebagian besar didapatkan dari pembelajaran melalui lingkungan.
1) Acquiring Gender Identity
Identitas
gender diperoleh dengan memberikan “label” pada diri sendiri. Setelah itu,
identitas tersebut dibentuk oleh sosialisasi peran gender atau proses belajar
peran gender.
2) Gender Roles
Peran
gender adalah pola perilaku yang diharapkan dari masing-masing jenis kelamin.
Stereotip peran gender terus berdampak besar pada perempuan dan laki-laki.
Stereotip peran gender adalah keyakinan yang terlalu disederhanakan tentang
seperti apa sebenarnya laki-laki dan perempuan.
Contohnya,
seorang laki laki dituntut untuk menjadi kuat, cepat, agresif, dominan, dan berprestasi,
sedangkan perempuan diharapkan menjadi sensitif, intuitif, pasif, emosional,
dan “secara alami” tertarik untuk membesarkan anak.
3) Gender Role Socialization
Perbedaan
peran gender tercipta dikarenakan adanya perlakuan yang berbeda antara laki
laki dan perempuan. Contohnya seperti bayi perempuan digendong dengan lebih
lembut dan diperlakukan dengan lebih lembut daripada anak laki-laki, kedua
orang tua bermain lebih kasar dengan anak laki-laki daripada dengan anak perempuan,
anak laki-laki diizinkan untuk berkeliaran di area yang lebih luas tanpa izin
khusus dan anak laki laki juga diharapkan untuk menjalankan tugas lebih awal
daripada anak perempuan serta masih banyak lagi.
Psychological Androgyny
Androgini
secara bahasa berarti “pria wanita” dan mengacu pada memiliki sifat-sifat
maskulin dan feminine. Androgini adalah seseorang yang memiliki sifat maskulin
dan feminim secara bersamaan.
Seorang
psikolog bernama Sandra Bem (1974) melakukan sebuah penelitian dengan
menggabungkan 20 sifat “maskulin” (mandiri, tegas, dan sebagainya), 20 sifat
“feminin” (penuh kasih sayang, lembut), dan 20 sifat netral (jujur, ramah), Bem
menciptakan Bem Sex Role Inventory (BSRI). Selanjutnya, ia dan rekan-rekannya
memberikan BSRI kepada ribuan orang, meminta mereka untuk mengatakan apakah
setiap sifat itu sesuai dengan diri mereka.
Dari
mereka yang disurvei, 50 persen termasuk dalam kategori feminin atau maskulin
tradisional, 15 persen mendapat nilai lebih tinggi untuk sifat-sifat lawan
jenis, dan 35 persen androgini, mendapat nilai tinggi untuk hal-hal yang bersifat
feminin dan maskulin.
Sisi Psikologis Seksualitas Manusia
Para
ahli teori modern lebih memperhatikan pada proses kognitif terhadap pembelajaran
identitas dan perilaku gender, yaitu :
1) Social Learning Theory
Teori
pembelajaran sosial menjelaskan tentang pembelajaran lewat observasi dan meniru
contoh dalam pengembangan peran. Anak mengamati dan mempelajari perilaku orang
tua dengan cara tertentu lalu menirunya. Ketika mereka meniru peran yang sesuai
maka mereka akan mendapatkan dampak positifnya.
2) Gender Schema Theory
Teori
ini mempadukan teori pendidikan sosial dengan intelektual. Berdasarkan konsep
Piagetian, anak mengembangkan mindset menjadi anak laki-laki dan perempuan
dengan proses yang sama. Saat otak mulai matang, maka mereka akan bisa
membedakan berbagai hal.
3) Gender Streotyping
Stereotipe
adalah pandangan atau stigma yang dipegang mengenai individu ataupun kelompok
yang didasarkan pada karakteristik yang tidak begitu konkrit. Stereotipe gender
adalah pandangan mengenai laki-laki atau perempuan yang memberikan perbedaan
perilaku.
Perilaku Seksual Manusia
1) Sexual Response
Masters
dan Johnson (1966) mengidentifikasikan 4 fase dalam penelitian inovatif mereka.
a. Fase 1 : Excitement
Pada
fase pertama ini merupakan permulaan dari gairah seksual dan dapat berlangsung
mulai dari 1 menit hingga beberapa jam. Pada fase ini denyut nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, napas menadi lebih cepat, dan kulit mungkin tampak
memerah, terutama pada area dada atau payudara.
Pada
wanita, klitoris membengkak, bibir vagina terbuka, dan bagian dalam vagina
membasahi sebagai persiapan untuk melakukan hubungan seksual. Pada pria, penis
menjadi ereksi, testis teryarik ke atas, dan kulit skrotum mengencang. Puting
susu akan mengeras dan menjadi lebih tegak pada dua jenis kelamin, terutama
pada wanita.
b. Fase 2 : Plateau
Pada
fase kedua dari respons seksual, perubahan fisik pada fase pertama akan
berlanjut. Pada wanita, bagian luar vagina membengkak dengan meningkatnya
jumlah darah ke area tersebut, sementara klitoris memendek di bawah tudung
klitoris tetapi tetap sangat sensitif. Bibir luar vagina menjadi lebih merah.
Pada pria, penis menjadi lebih ereksi dan mungkin mengeluarkan beberapa tetes
cairan. Fase ini dapat berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.
c. Fase 3 : Orgasm
Fase
ketiga merupakan fase terpendek dari tiga tahap dan melibatkan serangkaian
kontraksi otot berirama yang dikenal sebagai orgasme. Pada wanita, hal ini
melibatkan otot-otot dinding vagina dan dapat terjadi beberapa kali dan
berlangsung sedikit lebih lama daripada pengalaman orgasme pada pria. Rahim
juga berkontraksi, menciptakan sensasi yang menyenangkan.
Pada
pria, kontraksi orgasme otot-otot di dalam dan di sekitar penis memicu
keluarnya air mani, cairan yang mengandung sel kelamin pria, atau sperma. Pria
umumnya mengalami satu kali orgasme yang intens. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai orgasme juga berbeda antara wanita dan pria, wanita membutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai orgasme dibandingkan pria dan wanita membutuhkan
lebih banyak rangsangan untuk mencapai orgasme.
d. Fase 4 : Resolution
Fase
terakhir dari respons seksual adalah resolusi, yatu kembalinya tubuh ke kondisi
normal. Darah yang memadati pembuluh darah di berbagai area alat kelamin akan
kembali normal; detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan semuanya kembali
ke tingkat normal selama fase ini.
Pada wanita,
klitoris memendek, warna bibir vagina kembali normal, dan bibir kembali
menutup. Pada pria, ereksi hilang, testis turun, dan kantung skrotum menipis
lagi. Selain itu, pria memiliki periode refraktori (tidak dapat mencapai
orgasme lagi), yang berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam
tergantung masing-masing individu.
Semakin tua seorang pria, semakin lama periode refraktori. Wanita tidak memiliki periode refraktori dan faktanya wanita dapat mencapai orgasme lagi jika terus di rangsang.
2) Different Type of Sexual Behavior
a. The Kinsey Study
Pada
1948, Alfred Kinsey mempublikasikan hasil pengamatan tentang perilaku seksual
yang dikumpulkan sejak 1938. Pada survei ini ditemukan hasil mengenai
masturbasi, seks anal, dan seks pranikah yang mengagetkan masyarakat. Kinsey
yakin orientasi seksual bukan hal yang salah ketika mereka memilih menjadi homoseksual,
ataupun heteroseksial.
Survei
selanjutnya diterbitkan pada tahun 1953 yang secara eksklusif hanya melibatkan
perempuan. Partisipan merupakan sukarelawan yang berasal dari daerah pedesaan
dan perkotaan, serta dari latar belakang social ekonomi, agama, dan pendidikan
yang berbeda. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pastisipan adalah kaum
muda protestan yang memiliki pendidikan yang tinggi serta tinggal di perkotaan.
Dalam
hasil survei Kinsey, hampir separuh pria tetapi kurang dari 20 persen wanita
melaporkan memiliki pengalaman biseksual. Lebih dari tiga kali lebih banyak
pria dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia 16 tahun (21
persen berbanding 6 persen). Pria juga lebih cenderung melaporkan melakukan
hubungan seks pranikah, hubungan seks di luar nikah, dan masturbasi daripada wanita.
Sepuluh persen pria dan 2 hingga 6 persen wanita yang menjawab survei
mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual.
Meskipun
data Kinsey masih dikutip dalam banyak diskusi tentang perilaku seksual, survei
aslinya masih jauh dari sempurna. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
partisipan
hampir secara eksklusif berkulit putih, kelas menengah, dan berpendidikan
tinggi. Orang yang lebih tua, mereka yang tinggal di daerah pedesaan, dan orang
yang kurang berpendidikan tidak terwakili dengan baik.
Selain itu, survei Kinsey juga tidak kalah rentan terhadap pembesar-besaran, pemalsuan, dan kesalahan dari setiap metode yang menggunakan teknik laporan diri. Pada akhirnya, wawancara tatap muka dapat menyebabkan beberapa orang yang diwawancarai terhalangan untuk mengakui jenis perilaku seksual tertentu, atau orang lain mungkin melebih-lebihkan dan meningkatkan kemungkinan data yang tidak akurat.
b. The Janus Report
Pada
tahun 1993, Dr. Samuel S. Janus dan Dr. Cynthia L. Janus mempublikasikan hasil
penelitian berskala besar pertama mengenai perilaku seksual manusia sejak
penelitian Kinsey dan rekan-rekannya (1948) dan Masters dan Johnson (1966).
Survei nasional yang dimulai pada tahun 1983 ini mengambil sampel 3.000 orang
dari 48 negara bagian di Amerika Serikat. Responden survei berkisar antara usia
18 hingga lebih dari 65 tahun dari semua tingkat status pernikahan, latar belakang
pendidikan, dan wilayah geografis di Amerika Serikat.
Temuan
dari Laporan Janus (Janus & Janus, 1993) berbeda dengan temuan Kinsey,
tetapi tidak terlalu jauh. Sebagai contoh, lebih sedikit laki-laki yang
menyatakan melakukan masturbasi pada Laporan Janus dibandingkan dengan
penelitian Kinsey, namun persentase perempuan yang melaporkan meningkat menjadi
70% dalam survei Janus.
Tingkat
seks pranikah hampir sama dengan survei Kinsey, namun laki-laki dalam survei
Janus menyatakan lebih sedikit melakukan hubungan seks di luar nikah
dibandingkan laki-laki dalam survei Kinsey, sementara laporan perempuan tentang
hubungan seks di luar nikah sama dalam kedua survei tersebut. Persentase
laki-laki dan perempuan dalam survei Janus yang melaporkan sebagai homoseksual
juga sangat mirip dengan studi Kinsey sebelumnya.
c. The National Survey of Sexual Health
and Behavior
Pada
2010, para peneliti dari Pusat Promosi Kesehatan Seksual di Universitas Indiana
melakukan Survei Nasional Kesehatan dan Perilaku Seksual (NSSHB). Berdasarkan
sampel yang representative secara nasional, dari 5.865 remaja dan orang dewasa
Amerika Serikat berusia 14-94 tahun menyatakan bahwa mereka memiiki pengetahuan
luas tentang aktifitas seksual dengan kondom.
Dari
responden laki-laki yang berpartisipasi dalam NSSHB, perilaku seksual mereka
dalam sebulan terakhir, 27,9-68,6% melakukan masturbasi solo. Dalam segala
umur, mayoritas laki-laki menyatakan melakukan masturbasi pada tahun lalu,
dengan pengecualian pada kelompok umur 14 hingga 15 tahun dan 70+.
Pada
perempuan, 20% melakukan masturbasi solo selama sebulan terakhir. Dan selain mereka
yang berusia di atas 70 tahun, 40 - 72% perempuan melakukannya dalam setahun
terakhir, dengan persentase tertinggi pada usia 18 - 49 tahun (Herbenick et
al., 2010).
Tingkat
hubungan seksual melalui vagina tertinggi dilaporkan untuk pria dan wanita di seluruh
kelompok usia yang terkait dengan masa reproduksi. Namun, pada kelompok usia
yang sama, sejumlah besar individu juga melaporkan masturbasi solo, masturbasi
dengan pasangan, seks oral, dan seks anal selama tahun sebelumnya. Seperti yang
dicatat oleh para peneliti, perilaku seksual selama tahun-tahun reproduksi
tidak semata-mata untuk tujuan reproduksi.
3) Sexual Orientation
Orientasi
seksual merujuk pada ketertarikan dan kasih sayang secara seksual seseorang
terhadap lawan jenis atau sesama jenis. Hal terpenting yang ingin diketahui peneliti
adalah apakah orientasi seksual merupakan hasil pengalaman atau merupakan hal
yang bersifat biologis.
a. Heterosexual
Heteroseksual
dapat diartikan sebagai "seksual lain" atau ketertarikan pada lawan
jenis. Heteroseksualitas adalah bentuk perilaku seksual yang dapat diterima
oleh semua orang.
b. Homosexual
Dalam
bahasa Yunani, homo berarti “sama”. Sulit untuk mendapat angka pasti untuk
orientasi homoseksual, atau ketertarikan seksual terhadap sesama jenis kelamin.
Masalahnya adalah diskriminasi dan perlakuan buruk yang dihadapi oleh para
homoseksual pada mayoritas masyarakat, sehingga besar kemungkinan orang
homoseksual tidak akan jujur mengenai orientasi seksualnya.
c. Bisexual
Bisexual
adalah kondisi laki-laki atau perempuan yang menyukai kedua jenis kelamin
tersebut. Survei nasional menyatakan 0,4 persen laki-laki dan 0,9 persen
perempuan menytakan dirinya bisexual. Bisexual tidak selalu memiliki hubungan
dengan laki-laki dan perempuan di satu waktu yang sama, kebanyakan hanya
memiliki hubungan hanya dengan satu pasangan.
d. Asexual
Asexsual adalah kondisi dimana seseorang tidak mengelompokkan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, atau biseksual, tetapi menganggap dirinya asexual. Aseksualitas adalah kurangnya ketertarikan seksual terhadap seseorang, atau kurangnya minat terhadap aktivitas seksual.
Berikut
adalah istilah-istilah yang terdapat dalam orientasi seksual :
·
Sex: Klasifikasi fisik dan biologis
seseorang sebagai perempuan atau laki-laki.
· Gender: Karakteristik psikologis dan sosial
yang terkait dengan menjadi laki-laki atau perempuan; ditentukan terutama oleh
identitas gender dan peran gender yang dipelajari.
· Transexual: Seseorang yang memiliki konflik
mendalam antara jenis kelamin biologis dan fisiknya dengan peran gender
psikologis dan social yang lebih disukai.
· Genetic
sex: Jenis kelamin
yang ditunjukkan dengan adanya kromosom XX (perempuan) atau XY (laki-laki).
·
Hormonal
sex: Jenis kelamin
yang ditunjukkan oleh dominasi estrogen (perempuan) atau androgen (laki-laki)
dalam tubuh.
·
Gonadal
sex: Jenis kelamin
yang ditunjukkan dengan adanya ovarium (perempuan) atau testis (laki-laki).
· Genital
sex: Jenis kelamin
yang ditunjukkan dengan adanya alat kelamin laki-laki atau perempuan.
·
X
chromosome: Kromosom
perempuan yang disumbangkan oleh ibu; menghasilkan perempuan jika dipasangkan
dengan kromosom X lainnya, dan laki-laki jika dipasangkan dengan kromosom Y.
· Y
chromosome: Kromosom
laki-laki yang disumbangkan oleh ayah; menghasilkan laki-laki ketika
dipasangkan dengan kromosom X. Ayah dapat memberikan kromosom X atau Y kepada
keturunannya.
·
Gonads: Kelenjar kelamin utama - testis pada
pria dan ovarium pada wanita.
·
Estrogen: Salah satu dari sejumlah hormon seks
wanita.
·
Androgen: Salah satu dari sejumlah hormon seks
pria, terutama testosteron.
· Testosterone: Hormon seks pria, yang disekresikan
terutama oleh testis dan bertanggung jawab atas perkembangan banyak
karakteristik seksual pria.
· Intersexual
person: (sebelumnya
hermaprodit) Seseorang yang memiliki alat kelamin yang menunjukkan kedua jenis
kelamin.
· Primary
sexual characteristic:
Jenis kelamin sebagaimana didefinisikan oleh alat kelamin dan organ reproduksi
internal.
· Secondary
sexual characteristic:
Ciri-ciri seksual selain alat kelamin dan organ reproduksi-payudara, bentuk
tubuh, rambut wajah, dan sebagainya.
· Sexual
orientation: Tingkat
ketertarikan emosional dan erotis seseorang terhadap sesama jenis kelamin,
lawan jenis, kedua jenis kelamin, atau bukan kedua jenis kelamin.
4) Development of Sexual Orientation
Pada
umumnya heteroseksual merupakan orientasi yang diterima masyarakat umum. Namun
untuk homoseksual dan biseksual merupakan orientasi yang sangat tabu bagi
masyarakat luas. Orang dengan orientasi ini akan mendapatkan diskriminasi,
pelecehan, dan intimidasi.
Anak
muda yang sedang dalam proses mencari identitas dan orientasi seksualnya
terlihat kesulitan ketika mendapati dirinya seorang homoseksual, biseksual,
atau transgender. Mereka memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan orang
heteroseksual dalam penyalahgunaan narkoba, aktifitas berisiko secara seksual,
gangguan makan, keinginan untuk mengakhiri hidup, dan menjadi korban intimidasi
oleh orang lain.
Jika
homoseksual adalah hasil didikan dan pengalaman, maka disimpulan bahwa perilaku
ini dapat dirubah, dan ini menjadi pilihan mereka untuk menjadi “normal” atau
“tidak normal”. Jika bersifat biologis maka perilaku ini dapat dianggap sebagai
takdir.
Dalam
beberapa tahun ini, banyak penelitian yang membahas perbedaan biologis pada
otak laki-laki homoseksual dan heteroseksual, pengaruh genetik terhadap
orientasi seksual, dan pengaruh kelahiran terhadap orientasi seksual. Pada
salah satu penelitian menemukan bahwa stress berat yang dialami wanita hamil
saat trisemester kedua kehamilannya menghasilkan peluang besar bagi anak
laki-laki untuk menjadi homoseksual.
Jumlah saudara sejenis akan mempengaruhi orientasi seksual, contohnya pada anak laki-laki dengan banyak saudara laki-laki lebih tua membuat ia berkemungkinan besar menjadi homoseksual. Hipotesis yang dapat diambil bahwa anak laki-laki yang lahir memberikan antibodi kepada kromosom Y yang akan mempengaruhi orientasi seksual anak laki-laki yang lahir selanjutnya.
Dalam
penelitian terhadap laki-laki dan perempuan homoseksual yang memiliki saudara
kembar identik, kembar fraternal, atau saudara adopsi, ditemukan bahwa 52%
saudara kembar identik mengakui ia gay, dibandingkan dengan 22% saudara kembar
fraternal dan hanya 11% saudara adopsi.
Penelitian lain menemukan bahwa homoseksual dapat diturunkan melalui gen (kromosom X) yang diwariskan ibu ke anak laki-lakinya. Ditemukan bahwa laki-laki homoseksual merupakan sosok "feminin" saat masih kecil. Studi Bailey dan Zucker (1995) menemukan bahwa sekitar tiga perempat dari laki-laki dewasa homoseksual adalah anak laki-laki "feminin" angka yang jauh lebih besar dibandingkan dengan populasi laki-laki pada umumnya.
5) Child Molestation
Pelaku
pelecehan anak biasanya sering digambarkan sebagai seorang laki-laki jahat yang
bersembunyi di lorong-lorong gelap. Namun, pada faktanya sebagian besar pelaku
sudah menikah dan dua pertiganya adalah seorang ayah.
Dalam
kebanyakan kasus pedofilia, pelaku merupakan teman, kenalan, atau kerabat anak.
Pelaku pencabulan juga sering dianggap sebagai omerkosa anak, tetapi sebagian
besar pencabulan jarang melebihi cumbuan.
Dampak dari penganiayaan bervariasi secara luas. Hal tersebut dipengaruhi oleh berapa lama pelecehan berlangsung dan apakah Tindakan seksual genital terlibat. Banyak pihak berwenang percaya bahwa satu insiden cumbuan tidak mungkin menyebabkan kerusakan emosional yang parah pada anak. Bagi sebagian besar anak, kejadian tersebut memang menakutkan, namun tidak menimbulkan trauma yang.
Oleh
karena itu, orang tua dianjurkan untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap
kejadian seperti itu atau menjadi histeris. Hal itu hanya akan semakin membuat
anak takut. Namun hal ini tidak menjadikan orang tua mengabaikan petunjuk dari
seorang anak bahwa pelecehan telah terjadi. Berikut ini adalah beberapa
petunjuk masalah yang harus diperhatikan oleh orang tua :
·
Penghindaran
yang tidak biasa terhadap, atau ketertarikan pada masalah seksual.
·
Kerahasiaan
(termasuk mengenai akses internet).
· Gangguan
emosional seperti depresi, mudah tersinggung, atau menarik diri dari keluarga,
teman, atau sekolah.
·
Mimpi
buruk atau masalah tidur lainnya.
· Perilaku
buruk, seperti agretivitas yang tidak biasa, perilaku bunuh diri, atau
pengambilan risiko yang tidak biasa seperti mengendarai sepeda dengan berbahaya
di lalu lintas.
· Hilangnya harga diri.
Bagaimana
cara anak dapat melindungi diri mereka sendiri? Anak-anak harus diajarkan untuk
berteriak “tidak” jika ada orang deasa yang mencoba mengajak mereka melakukan
aktivitas seksual. Jika anak diminta untuk menyimpan rahasia, mereka harus
menjawab bahwa tidak menyimpan rahasia.
Orang tua dan anak juga perlu waspada karena beberapa pedofil sekarang mulai mencoba melakukan kontak dengan anak-anak. Akan sangat membantu jika anak-anak mengetahui taktik yang biasanya digunakan oleh pelaku pelecehan. Wawancara dengan pelaku kejahatan seksual yang telah dihukum mengungkapkan hal ini.
Taktik
Pelaku Kekerasan Terhadap Anak :
·
Sebagian
besar pelaku penganiayaan bertindak sendirian.
·
Sebagian
besar penyerangan terjadi di rumah pelaku.
·
Banyak
pelaku kekerasan mendapatkan akses ke anak melalui pengasuhan.
·
Anak-anak
menjadi target pertama kali melalui suap, hadiah, dan permainan.
· Pelaku
mencoba membuai anak untuk berpartisipasi melalui pembicaraan tentang seks dan
bujukan. (Ini dapat terjadi melalui email atau ruang obrolan di internet).
· Pelaku kemudian menggunakan kekerasan, kemarahan, ancaman, dan suap untuk mendapatkan kepatuhan yang berkelanjutan.
Pelecehan
berulang, yang melibatkan kekersana atau ancaman, dan insiden yang lebih dari
sekadar cumbuan dapat meninggalkan bekas luka emosional yang abadi. Sebagai
orang dewasa, banyak korban inses atau pelecehan mengembangkan fobia seksual.
Bagi para korban, bercinta dapat membangkitkan kenangan yang jelas dan
menakutkan dari viktimisasi masa kecil.
Kerusakan serius sangat mungkin terjadi jika pelaku pelecehan adalah orang yang sangat dipercaya oleh anak tersebut. Pelecehan oleh orang tua, kerabat dekat, guru, pendeta, pemimpin muda, dan orang-orang serupa dapat sangat merusak. Dalam kasus-kasus tersebut, konseling professional sering kali dibutuhkan.
Sexual Health
Beberapa
dari Infeksi Menular Seksual (IMS) hanya mempengaruhi organ seksual itu
sendiri, namun sebagian lainnya yang cukup serius dapat memiliki efek lebih
besar bahkan mengancam jiwa. Sebagian besar IMS disebabkan oleh infeksi
bakteri, dan sebagian lainnya disebabkan oleh infeksi virus.
Perbedaan
dari kedua penyebab IMS ini cukup besar dan penanganannya akan sangat berbeda.
Bagi IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatannya dapat dilakukan dengan
antibiotic dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna. Namun
untuk IMS yang disebabkan oleh infeksi virus akan lebih sulit diobati dan
bahkan tidak dapat disembuhkan.
Beberapa
Infeksi Menular Seksual yang Umum :
· Gonorrhea
: disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh dengan cepat di area tubuh yang hangat
dan lembap (mulut, anus, tenggorokan, alat kelamin). Gejala pada pria yaitu keluarnya
cairan seperti susu yang berbau busuk dari uretra; nyeri, sering buang air kecil.
Gejala pada Wanita yaitu keputihan dan radang vagina, buang air kecil yang menyakitkan.
Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman.
Pengobatannya dengan antibiotic.
· Chlamydia
: disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh di dalam sel tubuh. Gejala pada
pria yaitu buang air kecil yang menyakitkan, keluarnya cairan dari uretra. Gejala
pada Wanita yaitu buang air kecil yang menyakitkan, keluarnya cairan dari vagina,
sakit perut. Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman.
Pengobatannya dengan antibiotic.
· Syphilis
: disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh di dalam sel tubuh. Gejala pada
pria dan Wanita yaitu luka yang tidak nyeri pada alat kelamin, dubur, lidah, atau
bibir; ruam kulit, demam, sakit kepala, nyeri pada tulang dan persendian. Pencegahan
dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Pengobatannya dengan antibiotic.
· HIV/AIDS : disebabkan oleh Human immunodeficiency
virus (HIV). Gejala pada pria dan Wanita yaitu kelelahan yang berkepanjangan, pembengkakan
kelenjar getah bening, demam yang berlangsung lebih dari 10 hari, berkeringat
di malam hari, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, lesi keunguan
pada kulit, batuk atau sakit tenggorokan yang terus-menerus, pilek yang terus- menerus,
diare yang terus- menerus, mudah memar atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan.
Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Dapat diobati
dengan berbagai obat tetapi tidak dapat disembuhkan.
· Hepatitis B :
Kasus yang ringan mungkin tidak memiliki gejala, tetapi infeksi dapat menyebabkan
penyakit hati kronis, sirosis hati, atau kanker hati. Pencegahan dengan
menggunakan vaksin. Pengobatan belum tersedia.
AIDS
Infeksi
HIV menular melalui kontak langsung sang penderita kepada orang lain, yaitu
melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, dan cairan vagina. Virus HIV
tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa. Seseorang tidak dapat tertular
AIDS melalui jabat tangan, menyentuh, menggunakan barang yang sama dengan
penderita AIDS, keringat, air mata, berbagi gelas yang sama, dan berbagi
handuk. HIV dapat menular melalui semua bentuk hubungan seksual.
Berikut
ini merupakan tips seks yang lebih aman :
·
Tidak
berhubungan seksual
·
Setia
pada satu pasangan dan tidak terinfeksi
·
Tidak
menggunakan narkoba dan suntukan narkoba
·
Mendiskusikan
penggunakan pengaman dengan pasangan, seperti kondom
·
Selektif
dalam memilih pasangan seksual
· Mendiskuskan
dan saling jujur mengenai kesehatan seksual pasangan sebelum melakukan hubungan
seksual
·
Tidak
melakukan hubungan seksual saat mabuk
Komentar
Posting Komentar