SEXUALITY AND GENDER 


Haloo teman-teman semuaa, gimana nih kabarnyaa? Nah kali ini aku bakalan share apa aja yang akan aku pelajari di pertemuan kesebelas mata kuliah Psikologi Umum II yang diajarin sama ibu Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog yang membahas tentang “Sexuality dan Gender” nih teman-teman.

Sisi Fisik Seksualitas Manusia

Karakteristik seksual secara fisik dibagi atas laki laki dan perempuan. Seorang laki laki ditandai dengan adanya organ reproduksi berupa penis, sedangkan pada perempuan ditandai dengan adanya vagina sebagai alat reproduksinya. Alat reproduksi ini, memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda di antara keduanya serta memiliki ciri ciri tertentu.

Alat kelamin merupakan bentuk alami manusia yang dimiliki sejak lahir. Hal inilah yang dikatakan sebagai karakteristik seks primer. Kemudian, organ tersebut berkembang seiring bertambahanya usia. Pada saat memasuki masa remaja, perubahan pada organ seksual cenderung lebih mencolok, hal inilah yang disebut sebagai karakteristik seks sekunder.

1)     Karakteristik Seks Primer

Pada wanita, karakteristik ini meliputi vagina, uterus (Rahim), dan ovarium. Pada laki-laki, karakteristik seks utama meliputi penis, testis atau buah zakar, skrotum dan kelenjar prostat.

2)     Karakteristik Seks Sekunder

Pada wanita, karakteristik seks sekunder meliputi percepatan pertumbuhan yang dimulai sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir sekitar 1 tahun setelah siklus menstruasi pertama, di mana darah dan lapisan jaringan rahim keluar dari tubuh melalui vagina jika tidak ada kehamilan yang mendukung. Pada laki laki berupa, suara yang lebih dalam, munculnya rambut pada wajah, dada, dan kemaluan serta perkembangan tekstur kulit yang lebih kasar.

Perkembangan Karakteristik Seksual

Karakteristik seksual primer, berkembang saat embrio tumbuh di dalam rahim sebagai hasil dari kromosom yang terkandung di dalam sel embrio serta pengaruh hormonal, sekitar 5 minggu pada saat kehamilan, dua organ yang disebut gonad terbentuk di dalam embrio. Selain itu, dua set saluran juga berkembang di sebelah gonad yaitu, saluran Wolffian (yang dapat menjadi organ seks jantan) dan saluran Müllerian (yang dapat menjadi organ seks betina).

Pada titik ini, gonad tidak termasuk dalam kategori jantan maupun betina dan embrio berpotensi menjadi jantan maupun betina. Faktor penentu jenis kelamin dimiliki oleh kromosom. Pada saat kromosom dari pasangan ke-23 mengandung kromosom Y, gen pada kromosom Y tersebut menyebabkan gonad melepaskan testosteron, hormon laki-laki atau androgen.

Testosteron menyebabkan saluran Wolffian untuk berkembang menjadi organ seks pria, sementara saluran Müllerian memburuk. Begitu juga sebaliknya, pada saat pasangan ke-23 kromosom mengandung dua kromosom perempuan atau X, sedangkan kromosom Y tidak ada maka tidak akan ada testosteron. Testosteron dilepaskan, dan gonad akan berkembang menjadi ovarium yang mengeluarkan estrogen. Kemudian, saluran Müllerian menjadi organ kelamin perempuan sementara saluran Wolffian mengalami kemunduran.

Dimension of Sex

Terdapat beberapa faktor yang dapat mengklasifikasikan seseorang antara laki laki dengan perempuan. Faktor tersebut diantaranya :

1)     Genetic Sex

Jenis kelamin genetik dapat ditentukan pada saat pembuahan. Dua kromosom X memulai perkembangan perempuan. Kromosom X ditambah kromosom Y menghasilkan laki-laki. Sel telur seorang wanita selalu mengandung kromosom X, karena ia memiliki dua kromosom X dalam susunan genetiknya. Sebaliknya, separuh dari sperma pria membawa kromosom X dan separuhnya lagi membawa kromosom Y.

2)     Hormonal and Gonadal Sex

Secara umum, karakteristik seksual juga terkait dengan efek hormon seks dan gonad sebelum kelahiran. Hormon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin sedangkan gonad adalah kelenjar seks yang akan memengaruhi perkembangan dan perilaku seksual dengan mengeluarkan estrogen (hormon wanita) dan androgen (hormon pria). Gonad pada pria adalah testis dan gonad pada wanita adalah ovarium.

3)     Genital Sex

Laki-laki dan perempuan dewasa juga berbeda dalam hal karakteristik seksual primer dan sekunder. Karakteristik seksual primer mengacu pada organ seksual dan reproduksi itu sendiri: vagina, ovarium, dan rahim pada Wanita dan penis, testis, dan skrotum pada pria.

Karakteristik seksual sekunder adalah ciri-ciri fisik yang muncul pada masa pubertas. Ciri-ciri ini berkembang sebagai respons terhadap sinyal hormonal dari kelenjar hipofisis. Pada wanita, karakteristik seksual sekunder meliputi perkembangan payudara, pelebaran pinggul, dan perubahan bentuk tubuh lainnya. Pada pria, rambut wajah dan tubuh tumbuh, dan suara menjadi lebih dalam.

Meskipun terdapat beberapa faktor biologis yang mampu memengaruhi gender, akan tetapi sebagian besar didapatkan dari pembelajaran melalui lingkungan.

1)     Acquiring Gender Identity

Identitas gender diperoleh dengan memberikan “label” pada diri sendiri. Setelah itu, identitas tersebut dibentuk oleh sosialisasi peran gender atau proses belajar peran gender.

2)     Gender Roles

Peran gender adalah pola perilaku yang diharapkan dari masing-masing jenis kelamin. Stereotip peran gender terus berdampak besar pada perempuan dan laki-laki. Stereotip peran gender adalah keyakinan yang terlalu disederhanakan tentang seperti apa sebenarnya laki-laki dan perempuan.

Contohnya, seorang laki laki dituntut untuk menjadi kuat, cepat, agresif, dominan, dan berprestasi, sedangkan perempuan diharapkan menjadi sensitif, intuitif, pasif, emosional, dan “secara alami” tertarik untuk membesarkan anak.

3)     Gender Role Socialization

Perbedaan peran gender tercipta dikarenakan adanya perlakuan yang berbeda antara laki laki dan perempuan. Contohnya seperti bayi perempuan digendong dengan lebih lembut dan diperlakukan dengan lebih lembut daripada anak laki-laki, kedua orang tua bermain lebih kasar dengan anak laki-laki daripada dengan anak perempuan, anak laki-laki diizinkan untuk berkeliaran di area yang lebih luas tanpa izin khusus dan anak laki laki juga diharapkan untuk menjalankan tugas lebih awal daripada anak perempuan serta masih banyak lagi.

Psychological Androgyny

Androgini secara bahasa berarti “pria wanita” dan mengacu pada memiliki sifat-sifat maskulin dan feminine. Androgini adalah seseorang yang memiliki sifat maskulin dan feminim secara bersamaan.

Seorang psikolog bernama Sandra Bem (1974) melakukan sebuah penelitian dengan menggabungkan 20 sifat “maskulin” (mandiri, tegas, dan sebagainya), 20 sifat “feminin” (penuh kasih sayang, lembut), dan 20 sifat netral (jujur, ramah), Bem menciptakan Bem Sex Role Inventory (BSRI). Selanjutnya, ia dan rekan-rekannya memberikan BSRI kepada ribuan orang, meminta mereka untuk mengatakan apakah setiap sifat itu sesuai dengan diri mereka.

Dari mereka yang disurvei, 50 persen termasuk dalam kategori feminin atau maskulin tradisional, 15 persen mendapat nilai lebih tinggi untuk sifat-sifat lawan jenis, dan 35 persen androgini, mendapat nilai tinggi untuk hal-hal yang bersifat feminin dan maskulin.

Sisi Psikologis Seksualitas Manusia

Para ahli teori modern lebih memperhatikan pada proses kognitif terhadap pembelajaran identitas dan perilaku gender, yaitu :

1)     Social Learning Theory

Teori pembelajaran sosial menjelaskan tentang pembelajaran lewat observasi dan meniru contoh dalam pengembangan peran. Anak mengamati dan mempelajari perilaku orang tua dengan cara tertentu lalu menirunya. Ketika mereka meniru peran yang sesuai maka mereka akan mendapatkan dampak positifnya.

2)     Gender Schema Theory

Teori ini mempadukan teori pendidikan sosial dengan intelektual. Berdasarkan konsep Piagetian, anak mengembangkan mindset menjadi anak laki-laki dan perempuan dengan proses yang sama. Saat otak mulai matang, maka mereka akan bisa membedakan berbagai hal.

3)     Gender Streotyping

Stereotipe adalah pandangan atau stigma yang dipegang mengenai individu ataupun kelompok yang didasarkan pada karakteristik yang tidak begitu konkrit. Stereotipe gender adalah pandangan mengenai laki-laki atau perempuan yang memberikan perbedaan perilaku.

Perilaku Seksual Manusia

1)     Sexual Response

Masters dan Johnson (1966) mengidentifikasikan 4 fase dalam penelitian inovatif mereka.

a.     Fase 1 : Excitement

Pada fase pertama ini merupakan permulaan dari gairah seksual dan dapat berlangsung mulai dari 1 menit hingga beberapa jam. Pada fase ini denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat, napas menadi lebih cepat, dan kulit mungkin tampak memerah, terutama pada area dada atau payudara.

Pada wanita, klitoris membengkak, bibir vagina terbuka, dan bagian dalam vagina membasahi sebagai persiapan untuk melakukan hubungan seksual. Pada pria, penis menjadi ereksi, testis teryarik ke atas, dan kulit skrotum mengencang. Puting susu akan mengeras dan menjadi lebih tegak pada dua jenis kelamin, terutama pada wanita.

b.     Fase 2 : Plateau

Pada fase kedua dari respons seksual, perubahan fisik pada fase pertama akan berlanjut. Pada wanita, bagian luar vagina membengkak dengan meningkatnya jumlah darah ke area tersebut, sementara klitoris memendek di bawah tudung klitoris tetapi tetap sangat sensitif. Bibir luar vagina menjadi lebih merah. Pada pria, penis menjadi lebih ereksi dan mungkin mengeluarkan beberapa tetes cairan. Fase ini dapat berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.

c.      Fase 3 : Orgasm

Fase ketiga merupakan fase terpendek dari tiga tahap dan melibatkan serangkaian kontraksi otot berirama yang dikenal sebagai orgasme. Pada wanita, hal ini melibatkan otot-otot dinding vagina dan dapat terjadi beberapa kali dan berlangsung sedikit lebih lama daripada pengalaman orgasme pada pria. Rahim juga berkontraksi, menciptakan sensasi yang menyenangkan.

Pada pria, kontraksi orgasme otot-otot di dalam dan di sekitar penis memicu keluarnya air mani, cairan yang mengandung sel kelamin pria, atau sperma. Pria umumnya mengalami satu kali orgasme yang intens. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai orgasme juga berbeda antara wanita dan pria, wanita membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai orgasme dibandingkan pria dan wanita membutuhkan lebih banyak rangsangan untuk mencapai orgasme.

d.     Fase 4 : Resolution

Fase terakhir dari respons seksual adalah resolusi, yatu kembalinya tubuh ke kondisi normal. Darah yang memadati pembuluh darah di berbagai area alat kelamin akan kembali normal; detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan semuanya kembali ke tingkat normal selama fase ini.

Pada wanita, klitoris memendek, warna bibir vagina kembali normal, dan bibir kembali menutup. Pada pria, ereksi hilang, testis turun, dan kantung skrotum menipis lagi. Selain itu, pria memiliki periode refraktori (tidak dapat mencapai orgasme lagi), yang berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam tergantung masing-masing individu.

Semakin tua seorang pria, semakin lama periode refraktori. Wanita tidak memiliki periode refraktori dan faktanya wanita dapat mencapai orgasme lagi jika terus di rangsang.

 

2)     Different Type of Sexual Behavior

a.     The Kinsey Study

Pada 1948, Alfred Kinsey mempublikasikan hasil pengamatan tentang perilaku seksual yang dikumpulkan sejak 1938. Pada survei ini ditemukan hasil mengenai masturbasi, seks anal, dan seks pranikah yang mengagetkan masyarakat. Kinsey yakin orientasi seksual bukan hal yang salah ketika mereka memilih menjadi homoseksual, ataupun heteroseksial.

Survei selanjutnya diterbitkan pada tahun 1953 yang secara eksklusif hanya melibatkan perempuan. Partisipan merupakan sukarelawan yang berasal dari daerah pedesaan dan perkotaan, serta dari latar belakang social ekonomi, agama, dan pendidikan yang berbeda. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pastisipan adalah kaum muda protestan yang memiliki pendidikan yang tinggi serta tinggal di perkotaan.

Dalam hasil survei Kinsey, hampir separuh pria tetapi kurang dari 20 persen wanita melaporkan memiliki pengalaman biseksual. Lebih dari tiga kali lebih banyak pria dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia 16 tahun (21 persen berbanding 6 persen). Pria juga lebih cenderung melaporkan melakukan hubungan seks pranikah, hubungan seks di luar nikah, dan masturbasi daripada wanita. Sepuluh persen pria dan 2 hingga 6 persen wanita yang menjawab survei mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual.

Meskipun data Kinsey masih dikutip dalam banyak diskusi tentang perilaku seksual, survei aslinya masih jauh dari sempurna. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

partisipan hampir secara eksklusif berkulit putih, kelas menengah, dan berpendidikan tinggi. Orang yang lebih tua, mereka yang tinggal di daerah pedesaan, dan orang yang kurang berpendidikan tidak terwakili dengan baik.

Selain itu, survei Kinsey juga tidak kalah rentan terhadap pembesar-besaran, pemalsuan, dan kesalahan dari setiap metode yang menggunakan teknik laporan diri. Pada akhirnya, wawancara tatap muka dapat menyebabkan beberapa orang yang diwawancarai terhalangan untuk mengakui jenis perilaku seksual tertentu, atau orang lain mungkin melebih-lebihkan dan meningkatkan kemungkinan data yang tidak akurat.

b.     The Janus Report

Pada tahun 1993, Dr. Samuel S. Janus dan Dr. Cynthia L. Janus mempublikasikan hasil penelitian berskala besar pertama mengenai perilaku seksual manusia sejak penelitian Kinsey dan rekan-rekannya (1948) dan Masters dan Johnson (1966). Survei nasional yang dimulai pada tahun 1983 ini mengambil sampel 3.000 orang dari 48 negara bagian di Amerika Serikat. Responden survei berkisar antara usia 18 hingga lebih dari 65 tahun dari semua tingkat status pernikahan, latar belakang pendidikan, dan wilayah geografis di Amerika Serikat.

Temuan dari Laporan Janus (Janus & Janus, 1993) berbeda dengan temuan Kinsey, tetapi tidak terlalu jauh. Sebagai contoh, lebih sedikit laki-laki yang menyatakan melakukan masturbasi pada Laporan Janus dibandingkan dengan penelitian Kinsey, namun persentase perempuan yang melaporkan meningkat menjadi 70% dalam survei Janus.

Tingkat seks pranikah hampir sama dengan survei Kinsey, namun laki-laki dalam survei Janus menyatakan lebih sedikit melakukan hubungan seks di luar nikah dibandingkan laki-laki dalam survei Kinsey, sementara laporan perempuan tentang hubungan seks di luar nikah sama dalam kedua survei tersebut. Persentase laki-laki dan perempuan dalam survei Janus yang melaporkan sebagai homoseksual juga sangat mirip dengan studi Kinsey sebelumnya.

c.     The National Survey of Sexual Health and Behavior

Pada 2010, para peneliti dari Pusat Promosi Kesehatan Seksual di Universitas Indiana melakukan Survei Nasional Kesehatan dan Perilaku Seksual (NSSHB). Berdasarkan sampel yang representative secara nasional, dari 5.865 remaja dan orang dewasa Amerika Serikat berusia 14-94 tahun menyatakan bahwa mereka memiiki pengetahuan luas tentang aktifitas seksual dengan kondom.

Dari responden laki-laki yang berpartisipasi dalam NSSHB, perilaku seksual mereka dalam sebulan terakhir, 27,9-68,6% melakukan masturbasi solo. Dalam segala umur, mayoritas laki-laki menyatakan melakukan masturbasi pada tahun lalu, dengan pengecualian pada kelompok umur 14 hingga 15 tahun dan 70+.

Pada perempuan, 20% melakukan masturbasi solo selama sebulan terakhir. Dan selain mereka yang berusia di atas 70 tahun, 40 - 72% perempuan melakukannya dalam setahun terakhir, dengan persentase tertinggi pada usia 18 - 49 tahun (Herbenick et al., 2010).

Tingkat hubungan seksual melalui vagina tertinggi dilaporkan untuk pria dan wanita di seluruh kelompok usia yang terkait dengan masa reproduksi. Namun, pada kelompok usia yang sama, sejumlah besar individu juga melaporkan masturbasi solo, masturbasi dengan pasangan, seks oral, dan seks anal selama tahun sebelumnya. Seperti yang dicatat oleh para peneliti, perilaku seksual selama tahun-tahun reproduksi tidak semata-mata untuk tujuan reproduksi.

 

3)     Sexual Orientation

Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan dan kasih sayang secara seksual seseorang terhadap lawan jenis atau sesama jenis. Hal terpenting yang ingin diketahui peneliti adalah apakah orientasi seksual merupakan hasil pengalaman atau merupakan hal yang bersifat biologis.

a.     Heterosexual

Heteroseksual dapat diartikan sebagai "seksual lain" atau ketertarikan pada lawan jenis. Heteroseksualitas adalah bentuk perilaku seksual yang dapat diterima oleh semua orang.

b.     Homosexual

Dalam bahasa Yunani, homo berarti “sama”. Sulit untuk mendapat angka pasti untuk orientasi homoseksual, atau ketertarikan seksual terhadap sesama jenis kelamin. Masalahnya adalah diskriminasi dan perlakuan buruk yang dihadapi oleh para homoseksual pada mayoritas masyarakat, sehingga besar kemungkinan orang homoseksual tidak akan jujur mengenai orientasi seksualnya.

c.      Bisexual

Bisexual adalah kondisi laki-laki atau perempuan yang menyukai kedua jenis kelamin tersebut. Survei nasional menyatakan 0,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan menytakan dirinya bisexual. Bisexual tidak selalu memiliki hubungan dengan laki-laki dan perempuan di satu waktu yang sama, kebanyakan hanya memiliki hubungan hanya dengan satu pasangan.

d.     Asexual

Asexsual adalah kondisi dimana seseorang tidak mengelompokkan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, atau biseksual, tetapi menganggap dirinya asexual. Aseksualitas adalah kurangnya ketertarikan seksual terhadap seseorang, atau kurangnya minat terhadap aktivitas seksual. 

Berikut adalah istilah-istilah yang terdapat dalam orientasi seksual :

·       Sex: Klasifikasi fisik dan biologis seseorang sebagai perempuan atau laki-laki.

·     Gender: Karakteristik psikologis dan sosial yang terkait dengan menjadi laki-laki atau perempuan; ditentukan terutama oleh identitas gender dan peran gender yang dipelajari.

·      Transexual: Seseorang yang memiliki konflik mendalam antara jenis kelamin biologis dan fisiknya dengan peran gender psikologis dan social yang lebih disukai.

·  Genetic sex: Jenis kelamin yang ditunjukkan dengan adanya kromosom XX (perempuan) atau XY (laki-laki).

·       Hormonal sex: Jenis kelamin yang ditunjukkan oleh dominasi estrogen (perempuan) atau androgen (laki-laki) dalam tubuh.

·       Gonadal sex: Jenis kelamin yang ditunjukkan dengan adanya ovarium (perempuan) atau testis (laki-laki).

·   Genital sex: Jenis kelamin yang ditunjukkan dengan adanya alat kelamin laki-laki atau perempuan.

·       X chromosome: Kromosom perempuan yang disumbangkan oleh ibu; menghasilkan perempuan jika dipasangkan dengan kromosom X lainnya, dan laki-laki jika dipasangkan dengan kromosom Y.

·    Y chromosome: Kromosom laki-laki yang disumbangkan oleh ayah; menghasilkan laki-laki ketika dipasangkan dengan kromosom X. Ayah dapat memberikan kromosom X atau Y kepada keturunannya.

·       Gonads: Kelenjar kelamin utama - testis pada pria dan ovarium pada wanita.

·       Estrogen: Salah satu dari sejumlah hormon seks wanita.

·       Androgen: Salah satu dari sejumlah hormon seks pria, terutama testosteron.

·  Testosterone: Hormon seks pria, yang disekresikan terutama oleh testis dan bertanggung jawab atas perkembangan banyak karakteristik seksual pria.

·      Intersexual person: (sebelumnya hermaprodit) Seseorang yang memiliki alat kelamin yang menunjukkan kedua jenis kelamin.

·   Primary sexual characteristic: Jenis kelamin sebagaimana didefinisikan oleh alat kelamin dan organ reproduksi internal.

·  Secondary sexual characteristic: Ciri-ciri seksual selain alat kelamin dan organ reproduksi-payudara, bentuk tubuh, rambut wajah, dan sebagainya.

·   Sexual orientation: Tingkat ketertarikan emosional dan erotis seseorang terhadap sesama jenis kelamin, lawan jenis, kedua jenis kelamin, atau bukan kedua jenis kelamin.

 

4)     Development of Sexual Orientation

Pada umumnya heteroseksual merupakan orientasi yang diterima masyarakat umum. Namun untuk homoseksual dan biseksual merupakan orientasi yang sangat tabu bagi masyarakat luas. Orang dengan orientasi ini akan mendapatkan diskriminasi, pelecehan, dan intimidasi.

Anak muda yang sedang dalam proses mencari identitas dan orientasi seksualnya terlihat kesulitan ketika mendapati dirinya seorang homoseksual, biseksual, atau transgender. Mereka memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan orang heteroseksual dalam penyalahgunaan narkoba, aktifitas berisiko secara seksual, gangguan makan, keinginan untuk mengakhiri hidup, dan menjadi korban intimidasi oleh orang lain.

Jika homoseksual adalah hasil didikan dan pengalaman, maka disimpulan bahwa perilaku ini dapat dirubah, dan ini menjadi pilihan mereka untuk menjadi “normal” atau “tidak normal”. Jika bersifat biologis maka perilaku ini dapat dianggap sebagai takdir.

Dalam beberapa tahun ini, banyak penelitian yang membahas perbedaan biologis pada otak laki-laki homoseksual dan heteroseksual, pengaruh genetik terhadap orientasi seksual, dan pengaruh kelahiran terhadap orientasi seksual. Pada salah satu penelitian menemukan bahwa stress berat yang dialami wanita hamil saat trisemester kedua kehamilannya menghasilkan peluang besar bagi anak laki-laki untuk menjadi homoseksual.

Jumlah saudara sejenis akan mempengaruhi orientasi seksual, contohnya pada anak laki-laki dengan banyak saudara laki-laki lebih tua membuat ia berkemungkinan besar menjadi homoseksual. Hipotesis yang dapat diambil bahwa anak laki-laki yang lahir memberikan antibodi kepada kromosom Y yang akan mempengaruhi orientasi seksual anak laki-laki yang lahir selanjutnya.

Dalam penelitian terhadap laki-laki dan perempuan homoseksual yang memiliki saudara kembar identik, kembar fraternal, atau saudara adopsi, ditemukan bahwa 52% saudara kembar identik mengakui ia gay, dibandingkan dengan 22% saudara kembar fraternal dan hanya 11% saudara adopsi.

Penelitian lain menemukan bahwa homoseksual dapat diturunkan melalui gen (kromosom X) yang diwariskan ibu ke anak laki-lakinya. Ditemukan bahwa laki-laki homoseksual merupakan sosok "feminin" saat masih kecil. Studi Bailey dan Zucker (1995) menemukan bahwa sekitar tiga perempat dari laki-laki dewasa homoseksual adalah anak laki-laki "feminin" angka yang jauh lebih besar dibandingkan dengan populasi laki-laki pada umumnya.

 

5)     Child Molestation

Pelaku pelecehan anak biasanya sering digambarkan sebagai seorang laki-laki jahat yang bersembunyi di lorong-lorong gelap. Namun, pada faktanya sebagian besar pelaku sudah menikah dan dua pertiganya adalah seorang ayah.

Dalam kebanyakan kasus pedofilia, pelaku merupakan teman, kenalan, atau kerabat anak. Pelaku pencabulan juga sering dianggap sebagai omerkosa anak, tetapi sebagian besar pencabulan jarang melebihi cumbuan.

Dampak dari penganiayaan bervariasi secara luas. Hal tersebut dipengaruhi oleh berapa lama pelecehan berlangsung dan apakah Tindakan seksual genital terlibat. Banyak pihak berwenang percaya bahwa satu insiden cumbuan tidak mungkin menyebabkan kerusakan emosional yang parah pada anak. Bagi sebagian besar anak, kejadian tersebut memang menakutkan, namun tidak menimbulkan trauma yang.

Oleh karena itu, orang tua dianjurkan untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap kejadian seperti itu atau menjadi histeris. Hal itu hanya akan semakin membuat anak takut. Namun hal ini tidak menjadikan orang tua mengabaikan petunjuk dari seorang anak bahwa pelecehan telah terjadi. Berikut ini adalah beberapa petunjuk masalah yang harus diperhatikan oleh orang tua :

·       Penghindaran yang tidak biasa terhadap, atau ketertarikan pada masalah seksual.

·       Kerahasiaan (termasuk mengenai akses internet).

·   Gangguan emosional seperti depresi, mudah tersinggung, atau menarik diri dari keluarga, teman, atau sekolah.

·       Mimpi buruk atau masalah tidur lainnya.

·  Perilaku buruk, seperti agretivitas yang tidak biasa, perilaku bunuh diri, atau pengambilan risiko yang tidak biasa seperti mengendarai sepeda dengan berbahaya di lalu lintas.

·       Hilangnya harga diri. 

Bagaimana cara anak dapat melindungi diri mereka sendiri? Anak-anak harus diajarkan untuk berteriak “tidak” jika ada orang deasa yang mencoba mengajak mereka melakukan aktivitas seksual. Jika anak diminta untuk menyimpan rahasia, mereka harus menjawab bahwa tidak menyimpan rahasia.

Orang tua dan anak juga perlu waspada karena beberapa pedofil sekarang mulai mencoba melakukan kontak dengan anak-anak. Akan sangat membantu jika anak-anak mengetahui taktik yang biasanya digunakan oleh pelaku pelecehan. Wawancara dengan pelaku kejahatan seksual yang telah dihukum mengungkapkan hal ini. 

Taktik Pelaku Kekerasan Terhadap Anak :

·       Sebagian besar pelaku penganiayaan bertindak sendirian.

·       Sebagian besar penyerangan terjadi di rumah pelaku.

·       Banyak pelaku kekerasan mendapatkan akses ke anak melalui pengasuhan.

·       Anak-anak menjadi target pertama kali melalui suap, hadiah, dan permainan.

·    Pelaku mencoba membuai anak untuk berpartisipasi melalui pembicaraan tentang seks dan bujukan. (Ini dapat terjadi melalui email atau ruang obrolan di internet).

·    Pelaku kemudian menggunakan kekerasan, kemarahan, ancaman, dan suap untuk mendapatkan kepatuhan yang berkelanjutan. 

Pelecehan berulang, yang melibatkan kekersana atau ancaman, dan insiden yang lebih dari sekadar cumbuan dapat meninggalkan bekas luka emosional yang abadi. Sebagai orang dewasa, banyak korban inses atau pelecehan mengembangkan fobia seksual. Bagi para korban, bercinta dapat membangkitkan kenangan yang jelas dan menakutkan dari viktimisasi masa kecil.

Kerusakan serius sangat mungkin terjadi jika pelaku pelecehan adalah orang yang sangat dipercaya oleh anak tersebut. Pelecehan oleh orang tua, kerabat dekat, guru, pendeta, pemimpin muda, dan orang-orang serupa dapat sangat merusak. Dalam kasus-kasus tersebut, konseling professional sering kali dibutuhkan.

 

Sexual Health

Beberapa dari Infeksi Menular Seksual (IMS) hanya mempengaruhi organ seksual itu sendiri, namun sebagian lainnya yang cukup serius dapat memiliki efek lebih besar bahkan mengancam jiwa. Sebagian besar IMS disebabkan oleh infeksi bakteri, dan sebagian lainnya disebabkan oleh infeksi virus.

Perbedaan dari kedua penyebab IMS ini cukup besar dan penanganannya akan sangat berbeda. Bagi IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatannya dapat dilakukan dengan antibiotic dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna. Namun untuk IMS yang disebabkan oleh infeksi virus akan lebih sulit diobati dan bahkan tidak dapat disembuhkan.

Beberapa Infeksi Menular Seksual yang Umum :

·   Gonorrhea : disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh dengan cepat di area tubuh yang hangat dan lembap (mulut, anus, tenggorokan, alat kelamin). Gejala pada pria yaitu keluarnya cairan seperti susu yang berbau busuk dari uretra; nyeri, sering buang air kecil. Gejala pada Wanita yaitu keputihan dan radang vagina, buang air kecil yang menyakitkan. Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Pengobatannya dengan antibiotic.

·     Chlamydia : disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh di dalam sel tubuh. Gejala pada pria yaitu buang air kecil yang menyakitkan, keluarnya cairan dari uretra. Gejala pada Wanita yaitu buang air kecil yang menyakitkan, keluarnya cairan dari vagina, sakit perut. Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Pengobatannya dengan antibiotic.

·     Syphilis : disebabkan oleh Infeksi bakteri yang tumbuh di dalam sel tubuh. Gejala pada pria dan Wanita yaitu luka yang tidak nyeri pada alat kelamin, dubur, lidah, atau bibir; ruam kulit, demam, sakit kepala, nyeri pada tulang dan persendian. Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Pengobatannya dengan antibiotic.

·    HIV/AIDS : disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV). Gejala pada pria dan Wanita yaitu kelelahan yang berkepanjangan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam yang berlangsung lebih dari 10 hari, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, lesi keunguan pada kulit, batuk atau sakit tenggorokan yang terus-menerus, pilek yang terus- menerus, diare yang terus- menerus, mudah memar atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan. Pencegahan dengan menggunakan kondom/praktik seks yang lebih aman. Dapat diobati dengan berbagai obat tetapi tidak dapat disembuhkan.

·       Hepatitis B : Kasus yang ringan mungkin tidak memiliki gejala, tetapi infeksi dapat menyebabkan penyakit hati kronis, sirosis hati, atau kanker hati. Pencegahan dengan menggunakan vaksin. Pengobatan belum tersedia.


AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrom atau AIDS adalah sindrom defisiensi kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penderita AIDS pada umumnya akan sulit merasakan geala awalnya, karena gejala awal AIDS baru akan muncul 2 bulan setelah terinfeksi, bahkan hingga 10 tahun setelahnya masih belum ada gejala yang muncul. Karena masa inkubasinya yang panjang, orang yang menderita AIDS sering menularkan virus kepada orang lain tanpa menyadarinya.

Infeksi HIV menular melalui kontak langsung sang penderita kepada orang lain, yaitu melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, dan cairan vagina. Virus HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa. Seseorang tidak dapat tertular AIDS melalui jabat tangan, menyentuh, menggunakan barang yang sama dengan penderita AIDS, keringat, air mata, berbagi gelas yang sama, dan berbagi handuk. HIV dapat menular melalui semua bentuk hubungan seksual.

Berikut ini merupakan tips seks yang lebih aman :

·       Tidak berhubungan seksual

·       Setia pada satu pasangan dan tidak terinfeksi

·       Tidak menggunakan narkoba dan suntukan narkoba

·       Mendiskusikan penggunakan pengaman dengan pasangan, seperti kondom

·       Selektif dalam memilih pasangan seksual

·   Mendiskuskan dan saling jujur mengenai kesehatan seksual pasangan sebelum melakukan hubungan seksual

·       Tidak melakukan hubungan seksual saat mabuk

 

 


Komentar

Postingan Populer